Halaman

Jumat, 13 Januari 2012

PELAKSANAAN STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

2.1. PELAKSANAAN STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
Pengertian strategi belajar menurut para ahli :
1. Gerlach dan Ely (1990)
“Strategi belajar merupakan cara-cara yang di pilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu, selanjutnya menjabarkan bahwa strategi belajar di maksud meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik.”
2. Gropperdi dalam Wiryawan dab Noorhadi (1990)
“ Strategi belajar merupakan pemilihan atas jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin di capai.”
3. Kozma dalam Gofur (1989)
“Strategi belajar dapat di artikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.”
4. Dick dan Carey (1990)
“Strategi belajar terdiri atas seluruuh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu.”
5. Kemp (Wina Sanjaya, 2008)
“Mengemukakan bahwa strategi belajar adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.”
Jadi, dari pendapat para ahli di atas dapat di simpulkan bahwa ada dua hal yang patut dicermati dari pengertian-pengertian diatas.
1. Strategi belajar merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini bearti penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan.
2. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu.Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya di arahkan dalam upaya pencapaian tujuan.
Guru sebagai komponen terpenting dari tenaga kependidikan, memiliki tugas untuk melaksanakan tugas pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru diharapkan paham tentang pengertian strategi pembelajaran. Pembelajaran berati upaya membelajarkan siswa (Degeng,1989). Dengan demikian, strategi pembelajaran berarti cara dan seni untuk menggunakan semua sumber belajar dalam upaya membelajarkan siswa.
Penggunaan strategi dalam kegiatan pembelajaran sangat perlu karena untuk mempermudah proses pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Tanpa strategi yang jelas, proses pembelajaran tidak akan terarah sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sulit tercapai secara optimal, dengan kata lain pembelajaran tidak dapat berlangsung secara efektif dan efesien. Strategi pembelajaran sangat berguna, baik bagi guru maupun sisiwa. Bagi guru, strategi dapat dijadikan pedoman dan acuan bertindak yang sistematis dalam pelaksanaan pembelajan. Bagi siswa sebagai pengguna strategi penbelajaran dapat mempermudah proses belajar (mempermudah dan mempercepat memahami isi pembelejaran), karena setiap strategi pembelajaran dirancang untuk mempermudah proses belajar siswa.



A. Konsep Dasar Strategi Belajar Mengajar
Konsep dasar strategi belajar mengajar ini meliputi hal-hal :
1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan perilaku belajar.
2. Menentukan pilihan berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah belajar mengajar, memilih prosedur, metode dan teknik belajar mengajar.
3. Norma dan kriteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar
Strategi dapat diartikan sebagai suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dikaitkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru, murid dalam perwujudan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Menurut Newman dan Mogan, strategi dasar setiap usaha meliputi empat masalah masing-masing yaitu :
a. Pengidentifikasian dan penetapan spesifikasi dan kualifikasi hasil yang harus dicapai dan menjadi sasaran usaha tersebut dengan mempertimbangkan aspirasi masyarakat yang memerlukannya.
b. Pertimbangan dan pemilihan pendekatan utama yang ampuh untuk mencapai sasaran.
c. Pertimbangan dan penetapan langkah-langkah yang ditempuh sejak awal sampai akhir.
d. Pertimbangan dan penetapan tolok ukur dan ukuran baku yang akan digunakan untuk menilai keberhasilan usaha yang dilakukan.

Kalau diterapkan dalam konteks pendidikan, keempat strategi dasar tersebut dapat diterjemahkan menjadi :
a) Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku kepribadian peserta didik yang bagaimana yang diharapkan.
b) Memilih system pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.
c) Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat, efektif, sehingga dapat dijadikan pegangan oleh para guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.
d) Menetapkan norma-norma dan batas-batas minimal keberhasilan atau criteria dan standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar, yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan system instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.

Dari uraian diatas tergambar bahwa ada empat masalah pokok yang sangat penting yang dapat dan harus dijadikan pedoman buat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan yang diharapkan. Pertama, spesisifikasi perubahan tingkah laku yang bagaimana yang diinginkan sebagai hasil belajar mengajar yang dilakukan itu. Dengan kata lain, apa yang harus dijadikan sasaran dari kegiatan belajar mengajar tersebut. Sasaran ini harus dirumuskan secara jelas dan konkrit sehingga mudah dipahami oleh peserta didik. Kedua, memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran. Bagaimana cara kita memandang suatu persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang kita gunakan dalam memecahkan suatu kasus akan mempengaruhi hasilnya. Ketiga, memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif. Metode dan teknik penyajian untuk memotivasi siswa agar dapat mampu menerapkan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan masalah, berbeda dengan cara atau supaya murid-murid terdorong dan mampu berpikir bebas dan cukup keberanian untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Keempat, menetapkan norma-norma atau criteria keberhasilan sehingga guru mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh mana keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya. Suatu program baru bisa diketahui keberhasilannya setelah dilakukan evaluasi. System penilaian dalam kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu strategi yang tidak bias dipisahkan dengan strategi dasar lainnya. Apa yang harus dinilai dan bagaimana penilaian itu harus dilakukan termasuk kemampuan yang harus dimiliki oleh guru. Seorang siswa dapat dikategorikan sebagai murid yang berhasil bisa dilihat dari segi kerajinannya mengikuti tatap muka dengan guru, perilaku sehari-hari di sekolah, hasil ulangan, hubungan social, dan lainnya.

B. Pelaksanaan Strategi Belajar Mengajar
Secara umum ada tiga pokok dalam strategi mengajar, yakni tahap permulaan (prainstruksional), tahap pengajaran (instruksional), dan tahap penilaian serta tindak lanjut.
a) Tahap Prainstruksional
Tahap prainstruksional adalah tahapan yang ditempuh guru pada saat ia memulai proses belajar dan mengajar. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru atau siswa pada tahapan ini :
 Guru menanyakan kehadiran siswa, dan mencatat siapa yang tidak hadir. Kiranya tidak perlu diabsensi satu persatu, cukup ditanya yang tidak hadir saja dengan alasannya. Kehadiran siswa dalam pengajaran, dapat dijadikan sebagai suatu tolok ukur kemampuan guru mengajar. Tidak selalu ketidakhadiran siswa, disebabkan kondisi siswa yang bersangkutan (sakit, malas, bolos, dll), tetapi bisa juga terjadi karena pengajaran dari guru yang tidak menyenangkan, sikapnya tidak disukai siswa atau karena tindakan guru pada waktu mengajar sebelumnya dianggap merugikan siswa (penilaian tidak adil, memberikan hukuman yang menyebabkan frustasi, rendah diri, dll).
 Bertanya kepada siswa, sampai dimana pembahasan pelajaran sebelumnya. Hal ini bukan soal guru sudah lupa, tapi menguji dan mengecek kembali ingatan siswa terhadap bahan yang telah dipelajarinya. Dengan demikian guru mengetahui ada tidaknya kebiasaan belajar siswa di rumahnya sendiri, setidak-tidaknya kesiapan siswa menghadapi pelajaran hari itu.
 Mengajukan pertanyaan siswa di kelas, atau siswa tertentu tentang bahan pelajaran yang diberikan sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sampai dimana pemahaman materi yang telah diberikan, apakah tahan lama diingat atau tidak.
 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum dikuasainya dari pelajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya.
 Mengulang kembali bahan pelajaran yang lalu secara singkat tetapi mencakup semua bahan aspek yang telah dibahas sebelumnya. Hal ini dilakukan sebagai dasar bagi pelajaran yang akan dibahas hari berikutnya nanti, sebagai usaha dalam menciptakan kondisi belajar siswa.
Tujuan tahapan ini, pada hakikatnya adalah mengunkapkan kembali tanggapan siswa terhadap bahan yang telah diterimanya, dan menumbuhkan kondisi belajar dalam hubungannya dengan pelajaran hari itu. Tahap prainstruksional dalam strategi mengajar mirip dengan tahap pemanasan dalam olahraga. Kegiatan ini akan mempengaruhi keberhasilan siswa. Seperti seorang pemain bulu tangkis, melakukan pukulan pemanasan sebelum ia bermain yang sebenarnya. Oleh karena itu tak pernah terjadi seorang pemain langsung bertanding tanpa melakukan pukulan pemanasan.



b) Tahap Instruksional
Tahap instruksional adalah tahap pengajaran atau tahap inti, yakni tahapan memberikan bahan pelajaran yang telah disusun guru sebelumnya. Secara umum dapat diidentifikasi beberapa kegiatan sebagai berikut :
 Menjelaskan pada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai siswa. Informasi tujuan penting diberikan kepada siswa, sebab tujuan tersebut untuk siswa dan harus dicapai setelah pengajarann selesai. Berdasarkan pengamatan masih banyak guru yang tidak melaksanakan ini, sebaiknya tujuan tersebut ditulis secara ringkas didepan papan tulis sehingga dapat dibaca dan dapat dipahami oleh siswa.
 Menuliskan pokok materi yang akan dibahas hari itu yang diambil dari buku sumber yang telah disiapkan sebelumnya. Sudah barang tentu materi tersebut sesuai silabus dan tujuan pengajaran, sebab materi bersumber dari tujuan.
 Membahas pokok materi yang telah dituliskan tadi. Dalam pembahasan materi itu dapat ditempuh dua cara, yakni : pertama, pembahasan dimulai dari gambaran umum materi pengajaran menuju kepada topic secara lebih khusus. Kedua, dimulai dari topic khusus menuju topic umum. Mana cara yang paling baiok untuk melakukannya bergantung pada guru masing-masing. Namun demikian, cara pertama diduga akan lebih efektif sebab siswa diberikan gambaran keseluruhan materi, sehingga siswa tahu arah bahan pengajaran yang akan dibahas selanjutnya. Pembahasan tidak harus oleh guru tetapi lebih baik lagi dibahas oleh siswa.
 Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan contoh-contoh konkrit. Demikian pula siswa harus diberikan pertanyaan atau tugas, untuk mengetahui tingkat pemahaman dari setiap pokok materi yang telah dibahas. Dengan demikian nilai pengajaran tidak hanya pada akhir pelajaran saja, tetapi juga pada saat pengajaran berlangsung. Jika ternyata siswa belum memahaminya, maka guru mengulang kembali pokok materi tadi sebelum melanjutkan pada pokok materi berikutnya. Demikian seterusnya sampai semua pokok materi yang telah ditulis tadi selesai dihahas. Harus diperhatikan bahwa siswa harus banyak terlibat dalam membahas pokok materi.
 Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan setiap pokok materi yang sangat diperlukan. Alat bantu seperti alat peraga grafis, model atau alat peraga yang diproyeksikan (kalau ada) sudah barang tentu harus sudah disiapkan sebelumnya. Alat ini digunakan dalam empat fase kegiatan : a) Pada waktu guru menjelaskan kepada siswa, b) Pada waktu guru menjawab pertanyaan siswa, sehingga jawaban lebih jelas, c) Pada waktu guru mengajukan pertanyaan kepada siswa atau pada waktu memberi tugas kepada siswa, dan d) Digunakan siswa pada waktu ia mengerjakan tugas yang diberikan guru dan pada waktun siswa melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian alat peraga tersebut dapat digunakan oleh guru dan oleh siswa.
 Menyimpulkan hasil pembahasan dari pokok materi. Kesimpulan ini dibuat oleh guru dan sebaiknya pokok-pokoknya ditulis dipapan tulis untuk dicatat siswa. Kesimpulan dapat pula dibuat guru bersama-sama siswa, bahkan kalau mungkin diserahkan sepenuhnya kepada siswa. Pada kegiatan ini siswa diberi waktu untuk mencatat kesimpulan pelajaran bertanya kepada temen-temannya, atau mendiskusikannya dalam kelompok. Harus diperhatikan bahwa kegiatan yang ditempuh dalam tahapan instruksional, sebaiknya dititikberatkan pada siswa yang harus lebih aktif melakukan kegiatan belajar. Untuk itu maka haruslah dipilih pendekatan mengajar yang berorientasi kepada cara belajar siswa aktif.

c) Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut
Tahapan yang ketiga atau yang terakhir dari strategi menggunakan model mengajar adalah tahap evaluasi atau penilaian dan tindak lanjut dalam kegiatan pembelajaran. Tujuan tahapan ini, ialah untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari tahapan kedua (instruksional), kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini antara lain :
 Mengajukan pertanyaan kepada kelas, atau kepada beberapa siswa, mengenai semua pokok materi yang telah dibahas pada tahapan kedua. Pertanyaan yang diajukan bersumber dari bahan pengajaran. Pertanyaan dapat diajukan kepada siswa secara lisan maupun secara tertulis. Pertanyaan ini disebut post test. Berhasil tidaknya tahapan kedua, dapat dilihat dari dapat/tidaknya siswa menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Salah satu patokan yang dapat digunakan adalah apabila kiri-kira 70% dari jumlah siswa di kelas tersebut dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan, maka proses pengajaran (tahapan kedua) dikatakan berhasil.
 Apabila pertanyaan yang diajukan belum dapat dijawab oleh siswa kurang dari 70%, maka guru harus mengulang kembali materi yang belum dikuasai siswa. teknik pembahasan bisa ditempuh dengan berbagai cara, yakni : (1) menguasai untuk menjelaskannya pada kegiatan terjadwal , (2) diadakan diskusi kelompok membahas pokok materi yang belum dikuasai, dan (3) memberikan tugas pekerjaan rumah, yang berhubungan dengan pokok materi yang belum dikuasai melalui kegiatan mandiri. Cara mana yamg dipilih diserahkan sepenuhnya kepada guru.
 Untuk memperkaya pengetahuan siswa, materi yang dibahas, guru dapat memberikan tugas/pekerjaan rumah yang ada hubungannya dengan topic atau pokok materi yang telah dibahas. Misalnya, tugas memecahkan masalah, menulis karangan atau makalah, membuat kliping dari koran dan lain-lain yang erat huibungannya dengan bahann yang telah dibahas.
 Akhiri pelajaran dengan menjelaskan atau member tahu pokok materi yang akan dibahas pada pelajaran berikutnya. Informasi ini perlu agar siswa dapat mempelajari bahan tersebut dari sumber-sumber yang dimilikinya.

Ketiga tahap yang telah dibahas diatas, merupakan satu rangkaian kegiatan yang terpadu, tidak terpisahkan satu sama lain. Guru dituntut untuk mampu dan dapat mengatur waktu dan kegiatan secara fleksibel, sehingga ketiga rangkaian tersebut diterima oleh siswa secara utuh. Disinilah letak keterampilan professional dari seorang guru dalam melaksanakann strategi mengajar. Kemampuan mengajar seperti dilukiskan dalam uraian diatas secara teoritis mudah dikuasai, namun dalam prakteknya tidak semudah seperti digambarkan. Hanya dengan latihan dan kebiasaan yang terencana, kemampuan itu dapat diperoleh.


2.2. FAKTOR – FAKTOR YANG MENDUKUNG DAN MENGHAMBAT DALAM STRATEGI PEMBELAJARAN

1. Guru
Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru merupakan faktor utama yang menunjang keberasilan belajar siswa. Penguasaan dan keterampilan guru dalam menguasai materi pembelejaran dan strategi pembelajaran tidak menjadi jaminan untuk mampu meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal. Hal yang terpenting yang harus diperhatikan dalam perumusan strategi pembelajaran adalah menetapkan strategi pembel;ajaran yang cocok untuk praktik dengan strategi proyek. Dengan demikian, strategi pengorganisasian, strategi penyampaian, dan strategi pengelolaan pembelajaran harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan setiap jenis pekerjaan yang ada.
Secara umum ada beberapa variable yang berpengaruh dalam keberhasilan pelaksanaan strategi pembelajaran oleh guru, antara lain :
 Kemampuan guru dalam membuka pelajaran. Dalam setiap memulai pelajaran guru harus menjelaskan tujuan / kompetensi yang ingin dicapai, dan manfaatnya bagi kehidupan siswa. Pada tahap ini guru harus mampu mengaitkan isi pembelajaran yang akan dibahas dengan pembelajaran terdahulu yang telah dipelajari siswa. Proses mengaitkan dan menghubungkan pengetahuan awal yang dimiliki siswa dengan isi pembelajaran yang akan dibahas sangat membantu dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.
 Kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan inti pembelajaran. Kegiatan inti pembelajaran adalah kegiatan yang sangat berpengaruh meningkatkan hasil belajar siswa. Guna mengetahui kemampuan guru dalam menerapkan strategi pembelajaran, maka pertanyaan berikut dapat dijadikan indicator tentang tingkat keberasilan guru antara lain :
- Apakah strategi pembelajaran yang digunakan mampu merangsang dan mendorong siswa aktif mengalami dan melaksanakan aktifitas pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
- Apakah strategi yang digukan guru mendorong dan melibatkan siswa untuk bekerja sama dengan siswa lainnya
- Apakah strategi yang digunakan guru mampu mendorong siswa untuk mengeksplorasi dan memperkuas pemahaman siswa
- Apakah strategi yang digukan guru mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
 Kemampuan guru melakukan penilaian pembelajaran. Untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai kompetensi yang telah ditetapkan maka seorang guru dituntut untuk mengadakan penilaian. Guna mengetahui kemampuan guru melakukan penilaian pembelajaran, pertanyaan berikut dapat dilakukan indicator penilaiannya.
- Apakah guru mendorong siswa untuk mengungkapkan dan menyimpulkan apa yang telah dipelajarinya.
- Apakah guru melakukan penilaian dengan alat yang sesuai dengan kompetensi dan kinerja yang jelas.
- Apakah guru memberikan kesempatan pada siswa melakukan penilaian diri sendiri (self assessment) dan atau penilaian antar teman (peer assessment)
- Apakah guru menggunakan assessment authentic dalam proses pembelajaran
 Kemampuan guru menutup pelajaran. Keterampilan menutup pembelajaran sangat penting bagi seorang guru. Pada akhir pembelajaran guru sering menutup pelajaran hanya dengan menyatakan bahwa pelajaran sudah berakhir. Menutup proses pembelajaran bukan sekedar mengeluarkan pernyataan bahwa pelajaran sudah berakhir. Untuk mengetahui kemampuan guru dalam proses penutupan pembelajaran, pertanyaan berikut dapat dijadikan indicator penilaiannya.
- Apakah guru memberikan umpan balik dan atau kesimpulan terhadap materi yang diajarkan
- Dalam memberikan umpan balik dan atau kesimpulan apakah guru telah menghubungkan isi pembelajaran den berkembang dengan isu-isu dan teknologi yang berkembang dimasyarakat.
- Apakah guru memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah
- Dalam member tugas apakah guru telah mengembangkan masalah-masalah baru untuk pengembangan konsep yang sudah dikuasai siswa.
- Apakah guru melakukan pemantapan terhadap perolehan belajar siswa.
 Factor penunjang. Disamping variable-variabel seperti yang telah dijelaskan diatas, masih ada beberapa factor yang mempengaruhi kemampuan guru dalam menerapkan suatu strategi pembelajaran. Adapun factor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut :
- Kemampuan guru menggunakan bahasa secara jelas dan mudah dipahami siswa.
- Sikap yang baik, santun, dan menghargai siswa.
- Kemampuan mengorganisasi waktu yang sesuai dengan alokasi yang disediakan.
- Cara berbusana dan berdandan yang sopan sesuai dengan norma yang berlaku.

2. Siswa
Karakteristik siswa berhubungan dengan aspek-aspek yang melekat pada diri siswa. seperti motivasi, bakat, minat, kemampuan awal, gaya belajar, kepribadian, dan sebagainya.
Karakteristik siswa yang paling kompleks tersebut harus juga dijadikan pijakan dasar dalam menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan. Tanpa mempertimbangkan karakteristik siswa tersebut, maka penerapan strategi pembelajaran tertentu tidak bisa mencapai hasil belajar secara maksimal. Misalnya, siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi, tentu membutuhkan strategi yang berbeda dalam pembelajaran. Demikian pula siswa yang memilki gaya belajar visual dan siswa yang memiliki gaya belajar kinestetiik, tentu tidak bisa disamakan dalam proses penerapan strategi pembelajaran. Oleh karena itu, seorang guru hendaknya betul-betul memahami karakteristik siswa yang mengikuti proses pembelajaran.
Beberapa aspek yang harus diperhatikan oleh guru ketika akan menerapkan strategi pembelajaran, antara lain :
• Kecerdasan dan bakat khusus
• Prestasi sejak permulaan sekolah
• Perkembangan jasmani dan kesehatan
• Kecenderungan emosi dan karakternya
• Sikap dan minat belajar
• Cita – cita
• Kebiasaan belajar dan bekerja
• Hobi dan penggunaan waktu senggang
• Hubungan sosial di sekolah dan di rumah
• Latar belakang keluarga
• Lingkungan tempat tinggal
• Sifat – sifat khusus dan kesulitan belajar anak didik

Usaha untuk memahami anak didik ini bisa dilakukan melalui evaluasi selain itu guru mempunyai keharusan melaporkan perkembangan hasil belajar para siswa kepada kepala sekolah, orang tua, serta instansi yang terkait.

3. Media Belajar
Media pembelajaran adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 1990). Sedangkan AECT (1977) menyatakan media sebagai bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. Ketersediaan sumber / media belajar, baik berupa manusia atau non manusia (hard ware dan soft ware), sangat mempengaruhi proses pembelajaran.
Menurut Martin dan Briggs (1986), media adalah semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan siswa. Media bisa berupa perangkat keras seperti computer, televise, proyektor, dan perangkat lunak yang digunakan pada perangkat keras tersebut.
Leshin, Pollock dan Reigeluth (1992), mengklasifikasikan media kedalam lima kelompok, yaitu (1) media berbasis manusia (pengajar, instruktur, tutor, bermain peran, kegiatan kelompok field trip), (2) media berbasis cetak (buku, buku latihan, work book, dan modul), (3) media berbasis siswa (buku, bagan, grafik, peta, gambar, transparansi, slip), (4) media berbasis audio visual (video, film, program slide tape, televise), (5) media berbasis computer (pengajaran dengan bantuan computer, interaktif video, hypertext).
Menurut Degeng (1989), ada lima cara untuk mengklasifikasikan media pembelajaran untuk keperluan mengdeskripsikan strategi penyampaian, yaitu (1) tingkat kecermatan representasi, (2) tingkat interaktif yang ditimbulkan, (3) tingkat kemampuan khusus yang dimiliki, (4) tingkat motivasi yang mampu ditimbulkan, dan (5) tingkat biaya yang diperlukan.
Beberapa hasil penelitian menyimpulkan bahwa ketersediaan sumber belajar sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Terkait penerapan strategi pembelajaran bahwa setiap strategi pembelajaran digunakan untuk materi/ isi pembelajaran tertentu, dan juga membutuhkan media/ sumber belajar tertentu. Tanpa adanya sumber belajar yang memadai amat sulit bagi seorang guru untuk melaksanakan proses pembelajaran. Mengingat begitu pentingnya keberadaan sumber belajar, maka setiap guru sudah seharusnya memiliki kemampuan dalam mengembangkan sumber belajar/ media pembelajaran.
Untuk pengembangan media pembelajaran diperlukan prosedur-prosedur tertentu yang sesuai dengan jenis kemampuan yang ingin dicapai, struktur isi dan studi serta memenuhi criteria umum yang berlaku bagi pengembangan produk-produk pembelajaran.
Perumusan tujuan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam pembelajaran. Tujuan dapat memberi arah kepada proses pembelajaran yang dilakukan, dan tujuan pembelajaran dapat dijadikan acuan dalam mengukur apakah tindakan kita betul atau salah. Dalam pengembangan media pembelajaran, tujuan harus dijadikan pijakan dalam proses pengembangan. Media yang dikembangkan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Media pendidikan lazim disebut sebagai alat – alat belajar atau mengajar. Strategi yang tepat untuk bahan pelajaran tertentu dapat lebih efektif jika disertai dengan media pendidikan yang tepat pula. Pada dasarnya sesuai dengan perkembangan siswa sebagai anak, pengajaran lebih mengutamakan sifat konkrit, sehingga alat mengajarpun dimulai pemilihannya dari sifat pembelajaran.
Pendidikan yang disertai dengan media yang tepat, selain memudahkan siswa dalam mengalami, memahami, mengertai, dan melakukan juga menimbulkan motivasi yang lebih kuat ketimbang semata – mata dengan menggunakan kata – kata yang abstrak. Dalam merencanakan pengajaran, disamping menentukan media yang akan digunakan, juga menetapkan alat pengajaran yang akan dipakai.

4. Lingkungan
Lingkungan sekolah yang kondusif merupakan salah satu factor penunjang keberhasilan strategi belajar mengajar yang akan diterapkan oleh seorang guru.
1. Faktor Keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa:
• Cara orang tua mendidik
• Relasi antara anggota keluarga
• Suasana rumah tangga
• Keadaan ekonomi keluarga

2. Factor Sekolah
Factor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup :
• Metode Mengajar
• Kurikulum
• Relasi guru dengan siswa
• Relasi siswa dengan siswa
• Disiplin sekolah
• Pelajaran dan waktu sekolah
• Standar pelajaran
• Keadaan gedung
• Metode belajar
• Tugas rumah
3. Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan factor ekstern yang juga pengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. Hal ini mencakup :
• Kegiatan siswa dalam masyarakat
• Mass media
• Teman bergaul
• Bentuk kehidupan masyarakat





2.3. UPAYA-UPAYA UNTUK MENGATASI PERMASALAHAN DALAM MENERAPKAN STRATEGI PEMBELAJARAN
Masalah-masalah yang sering ditemui dilapangan dalam proses belajar mangajar yaitu :
 Sikap terhadap belajar
Sikap siswa dalam proses belajar, terutama sekali ketika memulai belajar merupakan bagian penting untuk diperhatikan karena aktivitas belajar siswa banyak ditentukan oleh sikap siswa ketika akan memulai kegiatan belajar. Namun, bila lebih dominan sikap menolak sebelum belajar maka siswa cenderung kurang memperhatikan kegiatan belajar.

 Motivasi Belajar
Dalam belajar, kesungguhan dalam menyimak, mengerjakan tugas dan sebagainya umumnya kurang mampu untuk belajar lebih lama, karena kurangnya kesungguhan dalam mengerjakan tugas. Oleh karena itu, rendahnya motivasi merupakan masalah dalam belajar yang memberikan dampak bagi ketercapaiannya hasil belajar yang di harapkan.

 Kosentrasi Belajar
Kesullitan berkonsentrasi merupakan indikator adanya masalah belajar yang dihadapi siswa, karena hal itu akan menjadi kendala didalam mencapai hasi belajar yang diharapkan. Untuk menbantu siswa agar dapat berkonsentrasi dalam belajar tentu memerlukan waktu yang cukup lama, disamping menuntut ketelatenan guru.
 Mengolah Bahan Ajar
Siswa mengalami kesulitan di dalam mengolah bahan, maka berarti ada kendala pembelajaran yang dihadapi siswa yang membutuhkan bantuan guru. Bantuan guru tersebut hendaknya dapat mendorong siswa agar memiliki kemampuan sendiri untuk mengolah bahan belajar, karena konstruksi berarti merupakan suatu proses yang berlangsung secara dinamis.
 Menggali Hasil Belajar
Guru hendaknya berupaya mengaktifkan siswa melalui pemberian tugas, latihan, agar siswa mampu meningkatkan kemampuan dalam mengolah pesanpesan pembelajaran.

 Rasa Percaya Diri
Rasa percaya diri umumnya muncul ketika siswa akan melakukan suatu aktivitas belajar, dimana pikirannya terarah untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan, hal ini merupakan bagian terpisah dari proses belajar, akan tetapi merupakan tanggung jawab yang harus diwujudkan guru bersamaan denngan proses pembelajaran yang dilaksanakan.

 Kebiasaan Belajar
Adalah prilaku belajar seseorang ayng telah tertanam dalam waktu yang relative lama sehingga memberikan cirri dalam aktivitas belajar yang dilakukan seperti :
a) Belajar tidak teratur
b) Daya tahan rendah
c) Belajar hanya menjelang ulangan atau ujian
d) Tidak memiliki catatan yang lengkap
e) Sering terlambat


Upaya-upaya untuk mengatasi permasalahan yang muncul dalam menerapkan strategi pembelajaran :
 Guru dituntut untuk kreatif dalam menciptakan hal-hal yang baru yang mampu menghadirkan suasana yang berbeda ketika proses belajar mengajar
 Guru harus bisa menciptakan situasi yang kondusif ketika proses belajar mengajar berlangsung
 Guru harus bisa memberikan motivasi kepada siswa-siswanya
 Siswa dituntut untuk lebih aktif, kreatif dan inovatif
 Minat dan bakat siswa yang terpendam mampu tersalurkan, sehingga akan muncul ide-ide yang kreatif dan gemilang
 Sekolah harus mampu menyediakan media-media belajar sebagai penunjang dari strategi pembelajaran
 Lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat diharapkan turut mendukung terwujudnya tujuan pembelajaran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
mahasiswi STKIP YPM bangko jurusan MIPA prodi matematika

Pengikut