Halaman

Jumat, 13 Januari 2012

pelaksanaan sbm

MAKNA STRATEGI PENGAJARAN
Strategi terdiri dari metode dan teknik atau prosedur yang menjamin siswa mencapai tujuan. Strategi lebih luas dari metode atau teknik pengajaran. Metode atau teknik pengajaran merupakan bagian dari strategi pengajaran. Untuk lebih memperjelas perbedaan tersebut, ikutilah contoh berikut:

Dalam suatu Satuan Acara Perkuliahan (SAP) untuk mata kuliah Metode-metode mengajar bagi para mahasiswa program Akta IV, terdapat suatu rumusan tujuan khusus pengajaran sebagai benikut: “Para mahasiswa calon guru diharapkan dapat mengidentifikasi minimal empat jenis (bentuk) diskusi sebagai metode mengajar”. Strategi yang dipilih untuk mencapai tujuan pengajaran tersebut misalnya:
1. Mahasiswa diminta mengemukakan empat bentuk diskusi yang pernah dilihatnya, secara kelompok.
2. Mahasiswa diminta membaca dua buah buku tentang jenis-jenis diskusi dari Winamo Surakhmad dan Raka Joni.
3. Mahasiswa diminta mendemonstrasikan cara-cara berdiskusi sesuai dengan jenis yang dipelajari, sedangkan kelompok yang lain mengamati sambil mencatat kekurangan-kekurangannya untuk didiskusikan setelah demonstrasi itu selesai.
4. Mahasiswa diharapkan mencatat hasil diskusi kelas.
Dari contoh tersebut dapat kita lihat bahwa teknik pengajaran adalah kegiatan no 3 dan 4, yaitu dengan menggunakan metode demonstrasi dan diskusi. Sedangkan seluruh kegiatan tersebut di atas merupakan strategi yang disusun guru untuk mencapai tujuan pengajaran. Dalam mengatur strategi, guru dapat memilih berbagai metode seperti ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi dan sebagainya. Sedangkan berbagai media seperti film, kaset video, kaset audio, gambar dan lain-lain dapat digunakan sebagai bagian dan teknik teknik yang dipilih.

A. KONSEP DASAR STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
Menurut Newman dan Mogan, strategi dasar setiap usaha meliputi empat masalah masing-masing yaitu :
a. Pengidentifikasian dan penetapan spesifikasi dan kualifikasi hasil yang harus dicapai dan menjadi sasaran usaha tersebut dengan mempertimbangkan aspirasi masyarakat yang memerlukannya.
b. Pertimbangan dan pemilihan pendekatan utama yang ampuh untuk mencapai sasaran.
c. Pertimbangan dan penetapan langkah-langkah yang ditempuh sejak awal sampai akhir.
d. Pertimbangan dan penetapan tolok ukur dan ukuran baku yang akan digunakan untuk menilai keberhasilan usaha yang dilakukan.

Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.
3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem

B. PELAKSANAAN STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
(Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien
Strategi Belajar Mengajar adalah pola-pola umum kegiatan guru – anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Guru sebagai komponen terpenting dari tenaga kependidikan, memiliki tugas untuk melaksanakan tugas pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru diharapkan paham tentang pengertian strategi pembelajaran. Pembelajaran berati upaya membelajarkan siswa (Degeng,1989).
Sebelum merencanakan dan melaksanakan kegiatan mengajar, guru harus dapat menjawab pertanyaan :
 Sejauh mana batas-batas materi pengetahuan yang telah dikuasai dan diketahui oleh siswa yang akan diajar.
 Tingkat dan tahap serta jenis kemamupuan manakah yang telah dicapai dan dikuasai siswa yang bersangkutan.
 Apakah siswa sudah cukup siap dan matang untuk menerima bahan dan pola-pola perilaku yang akan diajarkan.
 Seberapa jauh motivasi dan minat belajar yang dimiliki oleh siswa sebelum belajar dimulai.
Secara umum ada tiga pokok dalam strategi mengajar, yakni tahap permulaan (prainstruksional), tahap pengajaran (instruksional), dan tahap penilaian serta tindak lanjut.

1. Tahap Prainstruksional
Tahap prainstruksional adalah tahapan yang ditempuh guru pada saat ia memulai proses belajar dan mengajar. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru atau siswa pada tahapan ini :
a) Guru menanyakan kehadiran siswa, dan mencatat siapa yang tidak hadir. Kiranya tidak perlu diabsensi satu persatu, cukup ditanya yang tidak hadir saja dengan alasannya. Kehadiran siswa dalam pengajaran, dapat dijadikan sebagai suatu tolok ukur kemampuan guru mengajar. Tidak selalu ketidakhadiran siswa, disebabkan kondisi siswa yang bersangkutan (sakit, malas, bolos, dll), tetapi bisa juga terjadi karena pengajaran dari guru yang tidak menyenangkan, sikapnya tidak disukai siswa atau karena tindakan guru pada waktu mengajar sebelumnya dianggap merugikan siswa (penilaian tidak adil, memberikan hukuman yang menyebabkan frustasi, rendah diri, dll).
b) Bertanya kepada siswa, sampai dimana pembahasan pelajaran sebelumnya. Hal ini bukan soal guru sudah lupa, tapi menguji dan mengecek kembali ingatan siswa terhadap bahan yang telah dipelajarinya. Dengan demikian guru mengetahui ada tidaknya kebiasaan belajar siswa di rumahnya sendiri, setidak-tidaknya kesiapan siswa menghadapi pelajaran hari itu.
c) Mengajukan pertanyaan siswa di kelas, atau siswa tertentu tentang bahan pelajaran yang diberikan sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sampai dimana pemahaman materi yang telah diberikan, apakah tahan lama diingat atau tidak.
d) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum dikuasainya dari pelajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya.
e) Mengulang kembali bahan pelajaran yang lalu secara singkat tetapi mencakup semua bahan aspek yang telah dibahas sebelumnya. Hal ini dilakukan sebagai dasar bagi pelajaran yang akan dibahas hari berikutnya nanti, sebagai usaha dalam menciptakan kondisi belajar siswa.
Tujuan tahapan ini, pada hakikatnya adalah mengunkapkan kembali tanggapan siswa terhadap bahan yang telah diterimanya, dan menumbuhkan kondisi belajar dalam hubungannya dengan pelajaran hari itu. Tahap prainstruksional dalam strategi mengajar mirip dengan tahap pemanasan dalam olahraga. Kegiatan ini akan mempengaruhi keberhasilan siswa.
2. Tahap Instruksional
Tahap instruksional adalah tahap pengajaran atau tahap inti, yakni tahapan memberikan bahan pelajaran yang telah disusun guru sebelumnya. Secara umum dapat diidentifikasi beberapa kegiatan sebagai berikut :
a) Menjelaskan pada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai siswa. Informasi tujuan penting diberikan kepada siswa, sebab tujuan tersebut untuk siswa dan harus dicapai setelah pengajarann selesai. Berdasarkan pengamatan masih banyak guru yang tidak melaksanakan ini, sebaiknya tujuan tersebut ditulis secara ringkas didepan papan tulis sehingga dapat dibaca dan dapat dipahami oleh siswa.
b) Menuliskan pokok materi yang akan dibahas hari itu yang diambil dari buku sumber yang telah disiapkan sebelumnya. Sudah barang tentu materi tersebut sesuai silabus dan tujuan pengajaran, sebab materi bersumber dari tujuan.
c) Membahas pokok materi yang telah dituliskan tadi. Dalam pembahasan materi itu dapat ditempuh dua cara, yakni : pertama, pembahasan dimulai dari gambaran umum materi pengajaran menuju kepada topic secara lebih khusus. Kedua, dimulai dari topic khusus menuju topic umum. Mana cara yang paling baiok untuk melakukannya bergantung pada guru masing-masing. Namun demikian, cara pertama diduga akan lebih efektif sebab siswa diberikan gambaran keseluruhan materi, sehingga siswa tahu arah bahan pengajaran yang akan dibahas selanjutnya. Pembahasan tidak harus oleh guru tetapi lebih baik lagi dibahas oleh siswa.
d) Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan contoh-contoh konkrit. Demikian pula siswa harus diberikan pertanyaan atau tugas, untuk mengetahui tingkat pemahaman dari setiap pokok materi yang telah dibahas. Dengan demikian nilai pengajaran tidak hanya pada akhir pelajaran saja, tetapi juga pada saat pengajaran berlangsung. Jika ternyata siswa belum memahaminya, maka guru mengulang kembali pokok materi tadi sebelum melanjutkan pada pokok materi berikutnya. Demikian seterusnya sampai semua pokok materi yang telah ditulis tadi selesai dihahas. Harus diperhatikan bahwa siswa harus banyak terlibat dalam membahas pokok materi.
e) Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan setiap pokok materi yang sangat diperlukan. Alat bantu seperti alat peraga grafis, model atau alat peraga yang diproyeksikan (kalau ada) sudah barang tentu harus sudah disiapkan sebelumnya. Alat ini digunakan dalam empat fase kegiatan : a) Pada waktu guru menjelaskan kepada siswa, b) Pada waktu guru menjawab pertanyaan siswa, sehingga jawaban lebih jelas, c) Pada waktu guru mengajukan pertanyaan kepada siswa atau pada waktu memberi tugas kepada siswa, dan d) Digunakan siswa pada waktu ia mengerjakan tugas yang diberikan guru dan pada waktu siswa melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian alat peraga tersebut dapat digunakan oleh guru dan oleh siswa.
f) Menyimpulkan hasil pembahasan dari pokok materi. Kesimpulan ini dibuat oleh guru dan sebaiknya pokok-pokoknya ditulis dipapan tulis untuk dicatat siswa. Kesimpulan dapat pula dibuat guru bersama-sama siswa, bahkan kalau mungkin diserahkan sepenuhnya kepada siswa. Pada kegiatan ini siswa diberi waktu untuk mencatat kesimpulan pelajaran bertanya kepada temen-temannya, atau mendiskusikannya dalam kelompok. Harus diperhatikan bahwa kegiatan yang ditempuh dalam tahapan instruksional, sebaiknya dititikberatkan pada siswa yang harus lebih aktif melakukan kegiatan belajar. Untuk itu maka haruslah dipilih pendekatan mengajar yang berorientasi kepada cara belajar siswa aktif.

3. Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut
Tahapan yang ketiga atau yang terakhir dari strategi menggunakan model mengajar adalah tahap evaluasi atau penilaian dan tindak lanjut dalam kegiatan pembelajaran. Tujuan tahapan ini, ialah untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari tahapan kedua (instruksional), kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini antara lain :
a) Mengajukan pertanyaan kepada kelas, atau kepada beberapa siswa, mengenai semua pokok materi yang telah dibahas pada tahapan kedua. Pertanyaan yang diajukan bersumber dari bahan pengajaran. Pertanyaan dapat diajukan kepada siswa secara lisan maupun secara tertulis. Pertanyaan ini disebut post test. Berhasil tidaknya tahapan kedua, dapat dilihat dari dapat/tidaknya siswa menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Salah satu patokan yang dapat digunakan adalah apabila kiri-kira 70% dari jumlah siswa di kelas tersebut dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan, maka proses pengajaran (tahapan kedua) dikatakan berhasil.
b) Apabila pertanyaan yang diajukan belum dapat dijawab oleh siswa kurang dari 70%, maka guru harus mengulang kembali materi yang belum dikuasai siswa. teknik pembahasan bisa ditempuh dengan berbagai cara, yakni : (1) menguasai untuk menjelaskannya pada kegiatan terjadwal , (2) diadakan diskusi kelompok membahas pokok materi yang belum dikuasai, dan (3) memberikan tugas pekerjaan rumah, yang berhubungan dengan pokok materi yang belum dikuasai melalui kegiatan mandiri. Cara mana yamg dipilih diserahkan sepenuhnya kepada guru.
c) Untuk memperkaya pengetahuan siswa, materi yang dibahas, guru dapat memberikan tugas/pekerjaan rumah yang ada hubungannya dengan topic atau poko materi yang telah dibahas. Misalnya, tugas memecahkan masalah, menulis karangan atau makalah, membuat kliping dari koran dan lain-lain yang erat huibungannya dengan bahann yang telah dibahas.
d) Akhiri pelajaran dengan menjelaskan atau member tahu pokok materi yang akan dibahas pada pelajaran berikutnya. Informasi ini perlu agar siswa dapat mempelajari bahan tersebut dari sumber-sumber yang dimilikinya.
Ketiga tahap yang telah dibahas diatas, merupakan satu rangkaian kegiatan yang terpadu, tidak terpisahkan satu sama lain. Guru dituntut untuk mampu dan dapat mengatur waktu dan kegiatan secara fleksibel, sehingga ketiga rangkaian tersebut diterima oleh siswa secara utuh. Disinilah letak keterampilan professional dari seorang guru dalam melaksanakann strategi mengajar. Kemampuan mengajar seperti dilukiskan dalam uraian diatas secara teoritis mudah dikuasai, namun dalam prakteknya tidak semudah seperti digambarkan. Hanya dengan latihan dan kebiasaan yang terencana, kemampuan itu dapat diperoleh.

KOMPONEN PEMBELAJARAN
1. Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan sebagai bagian dari suatu sistem pembelajaran secara keseluruhan memegang peranan penting.
2. Penyampaian Informasi
Penyampaian informasi seringkali dianggap sebagai suatu kegiatan paling penting dalam proses pembelajaran, padahal bagian ini hanya merupakan salah satu komponen dari strategi pembelajaran. Artinya tanpa adanya kegiatan pendahuluan yang menarik atau dapat memotivasi peserta didik dalam belajar maka kegiatan penyampaian informasi ini menjadi tidak berarti.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyampaian informasi adalah urutan, ruang lingkup dan jenis materi.
a) Urutan penyampaian
b) Ruang lingkup materi yang disampaikan
c) Materi yang akan disampaikan
Materi pelajaran umumnya merupakan gabungan antara jenis materi yang berbentuk pengetahuan (fakta dan informasi yang terperinci), keterampilan (langkah-langkah, prosedur, keadaan dan syarat-syarat tertentu) dan sikap (berisi pendapat ide, saran atau tanggapan) (Kemp, 1977). Merril (1977, h.37) membedakan isi pelajaran menjadi 4 jenis yaitu fakta, konsep, prosedur dan prinsip.
6. Partisipasi Peserta Didik
Berdasarkan prinsip student centered maka peserta didik merupakan pusat dari suatu kegiatan belajar. Dalam masyarakat belajar dikenal istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) yang diterjemahkan dari’ SAL (Student Active Learning) yang maknanya adalah bahwa proses pembelajaran akan iebih berhasil apabila peserta didik secara aktif melakukan latihan-latihan secara langsung dan relevan dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan (Dick dan Carey, 1978, h 108).Terdapat beberapa hal penting yang berhubungan dengan partisipasi peserta didik, yaitu:
a) Latihan dan praktek seharusnya dilakukan setelah peserta didik diberi informasi tentang suatu pengetahuan,sikap atau keterampiian tertentu.
b) Umpan Balik Segera setelah peserta didik menunjukkan perilaku tertentu sebagai hasil belajarnya, maka , guru memberikan umpan batik (feedback) terhadap hasil belajar tersebut. Melalui umpan balik yang diberikan oleh guru, peserta didik akan segera mengetahui apakah jawaban yang merupakan kegiatan yang telah mereka lakukan itu benar/atau salah, tepat/tidak tepat atau ada sesuatu yang perlu diperbaiki.
7. Tes
Serangkaian tes umum yang digunakan oleh guru untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran khusus telah tercapai atau belum, dan apakah pengetahuan, sikap dan keterampilan telah benar-benar dimiliki oleh peserta didik atau belum.
8. Kegiatan Lanjutan
Kegiatan yang dikenal dengan istilah follow up dari suatu hasil kegiatan yang telah dilakukan seringkali tidak dilaksanakan dengan baik oleh guru. Dalam kenyataannya, setiap kali setelah tes dilakukan selalu saja terdapat peserta didik yang berhasil dengan bagus atau di atas rata-rata hanya menguasai sebagian atau cenderung di rata-rata tingkat penguasaan yang diharapkan dapat dicapai.Peserta didik seharusnya menerima tindak lanjut yang berbeda sebagai konsekuensi dari hasil belajar yang bervariasi tersebut.

C. Komponen Strategi Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu sistem instruksional yang mengacu pada seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Selaku suatu sistem, pembelajaran meliputi suatu komponen,Agar tujuan itu tercapai, semua komponen yang ada harus diorganisasikan sehingga antarsesama komponen terjadi kerja sama. Oleh karena itu, guru tidak boleh hanya memperhatikan komponen-komponen tertentu saja misalnya metode, bahan, dan evaluasi saja, tetapi ia harus mempertimbangkan komponen secara keseluruhan.

Guru
Guru adalah pelaku pembelajaran, sehingga dalam hal ini guru merupakan faktor yang terpenting. Di tangan gurulah sebenarnya letak keberhasilan pembelajaran. Komponen guru tidak dapat dimanipulasi atau direkayasa oleh komponen lain, dan sebaliknya guru mampu memanipulasi atau merekayasa komponen lain menjadi bervariasi. Sedangkan komponen lain tidak dapat mengubah guru menjadi bervariasi. Tujuan rekayasa pembelajaran oleh guru adalah membentuk lingkungan peserta didik supaya sesuai dengan lingkungan yang diharapkan dari proses belajar peserta didik, yang pada akhirnya peserta didik memperoleh suatu hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu, dalam merekayasa pembelajaran, guru harus berdasarkan kurikulum yang berlaku.
Peserta didik
Peserta didik merupakan komponen yang melakukan kegiatan belajar untuk mengembangkan potensi kemampuan menjadi nyata untuk mencapai tujuan belajar. Komponen peserta ini dapat dimodifikasi oleh guru.
Tujuan
Tujuan merupakan dasar yang dijadikan landasan untuk menentukan strategi, materi, media dan evaluasi pembelajaran. Untuk itu, dalam strategi pembelajaran, penentuan tujuan merupakan komponen yang pertama kali harus dipilih oleh seorang guru, karena tujuan pembelajran merupakan target yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran.Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan, karena hal itu adalah suatu hal yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan ke arah mana kegiatan itu akan dibawa.
Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran merupakan medium untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berupa materi yang tersusun secara sistematis dan dinamis sesuai dengan arah tujuan dan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan tuntutan masyarakat. Menurut Suharsimi (1990) bahan ajar merupakan komponen inti yang terdapat dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran
Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal, maka dalam menentukan strategi pembelajaran perlu dirumuskan komponen kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan standar proses pembelajaran.bahan ajaran merupakan substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Tanpa bahan pelajaran proses belajar mengajar tidak akan berjalan. Karena itu, guru yang akan mengajar pasti memiliki dan menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikannya pada anak didik.
Metode
Metode adalah satu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Penentuan metode yang akan digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran akan sangat menentukan berhasil atau tidaknya pembelajaran yang berlangsung.Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaanya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir.
Alat
Alat yang dipergunakan dalam pembelajran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan pengajaran, alat mempunyai fungsi yaitu alat sebagai perlengkapan, alat sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan, dan alat sebagai tujuan.. Alat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu alat verbal dan alat bantu nonverbal. Alat verbal dapat berupa suruhan, perintah, larangan dan lain-lain, sedangkan yang nonverbal dapat berupa globe, peta, papan tulis slide dan lain-lain.
Sumber Pembelajaran
Sumber pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat atau rujukan di mana bahan pembelajaran bisa diperoleh. Sehingga sumber belajar dapat berasal dari masyarakat, lingkungan, dan kebudayaannya, misalnya, manusia, buku, media masa, lingkungan, museum, dan lain-lain.
Evaluasi
Komponen evaluasi merupakan komponen yang berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, juga bisa berfungsi sebagai sebagai umpan balik untuk perbaikan strategi yang telah ditetapkan. Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu evaluation. Menurut Wand dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Sedangkan menurut Wayan Nurkancana dan PPN Sumartana, evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai sebagai sesuatu dalam dunia pendidikan atau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan.
Situasi atau Lingkungan
Lingkungan sangat mempengaruhi guru dalam menentukan strategi pembelajaran. Lingkungan yang dimaksud adalah situasi dan keadaan fisik (misalnya iklim, madrasah, letak madrasah, dan lain sebagainya), dan hubungan antar insani, misalnya dengan teman, dan peserta didik dengan orang lain. Contoh keadaan ini misalnya menurut isi materinya seharusnya pembelajaran menggunakan media masyarakat untuk pembelajaran, karena kondisi masyarakat sedang rawan, maka diubah dengan menggunakan metode lain, misalnya membuat kliping.
Komponen-komponen strategi pembelajaran tersebut akan mempengaruhi jalannya pembelajaran, untuk itu semua komponen strategi pembelajaran merupakan faktor yang berpengaruh terhadap strategi pembelajaran. Untuk lebih mempermudah menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap strategi pembelajaran, komponen strategi pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: peserta didik sebagai raw input, entering behavior peserta didik, dan instrumental input atau sasaran.
Pada dasarnya, hal terpenting dalam proses pembelajaran, salah satunya adalah bagaimana seorang guru mampu menyampaikan informasi dengan baik –selanjutnya disebut sebagai gaya mengajar. Begitu juga, bagi siswa harus dapat menerima informasi yang disampaikan oleh gurunya secara baik pula –yang selanjutnya disebut sebagai gaya belajar.
Chatib (2009:100-101) menjelaskan pada dasarnya gaya mengajar adalah strategi transfer informasi yang diberikan oleh guru kepada siswanya. Sedangkan gaya belajar adalah bagaimana sebuah informasi dapat diterima dengan baik oleh siswa.
Conner (2008:1) menyatakan bahwa gaya belajar siswa mengacu pada cara siswa memilih untuk menerima atau memproses informasi baru. Setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda. Beberapa siswa mungkin menemukan bahwa mereka memiliki pilihan gaya belajar atau cara menyelesaikan masalah dengan gaya belajar yang lain. instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.

D. FAKTOR – FAKTOR YANG MENDUKUNG DAN MENGHAMBAT DALAM STRATEGI PEMBELAJARAN
Guru
Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru merupakan faktor utama yang menunjang keberhasilan belajar siswa. Penguasaan dan keterampilan guru dalam menguasai materi pembelejaran dan strategi pembelajaran tidak menjadi jaminan untuk mampu meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal. Hal yang terpenting yang harus diperhatikan dalam perumusan strategi pembelajaran adalah menetapkan strategi pembelajaran yang cocok untuk praktik dengan strategi proyek. Dengan demikian, strategi pengorganisasian, strategi penyampaian, dan strategi pengelolaan pembelajaran harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan setiap jenis pekerjaan yang ada.
Secara umum ada beberapa variable yang berpengaruh dalam keberhasilan pelaksanaan strategi pembelajaran oleh guru, antara lain :
 Kemampuan guru dalam membuka pelajaran. Dalam setiap memulai pelajaran guru harus menjelaskan tujuan / kompetensi yang ingin dicapai, dan manfaatnya bagi kehidupan siswa. Pada tahap ini guru harus mampu mengaitkan isi pembelajaran yang akan dibahas dengan pembelajaran terdahulu yang telah dipelajari siswa. Proses mengaitkan dan menghubungkan pengetahuan awal yang dimiliki siswa dengan isi pembelajaran yang akan dibahas sangat membantu dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.
 Kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan inti pembelajaran. Kegiatan inti pembelajaran adalah kegiatan yang sangat berpengaruh meningkatkan hasil belajar siswa. Guna mengetahui kemampuan guru dalam menerapkan strategi pembelajaran, maka pertanyaan berikut dapat dijadikan indicator tentang tingkat keberasilan guru antara lain :
- Apakah strategi pembelajaran yang digunakan mampu merangsang dan mendorong siswa aktif mengalami dan melaksanakan aktifitas pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
- Apakah strategi yang digunakan guru mendorong dan melibatkan siswa untuk bekerja sama dengan siswa lainnya
- Apakah strategi yang digunakan guru mampu mendorong siswa untuk mengeksplorasi dan memperkuat pemahaman siswa
- Apakah strategi yang digukan guru mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
- Kemampuan guru melakukan penilaian pembelajaran. Untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai kompetensi yang telah ditetapkan maka seorang guru dituntut untuk mengadakan penilaian. Guna mengetahui kemampuan guru melakukan penilaian pembelajaran, pertanyaan berikut dapat dilakukan indicator penilaiannya.
- Apakah guru mendorong siswa untuk mengungkapkan dan menyimpulkan apa yang telah dipelajarinya.
- Apakah guru melakukan penilaian dengan alat yang sesuai dengan kompetensi dan kinerja yang jelas.
- Apakah guru memberikan kesempatan pada siswa melakukan penilaian diri sendiri (self assessment) dan atau penilaian antar teman (peer assessment)
 Kemampuan guru menutup pelajaran. Keterampilan menutup pembelajaran sangat penting bagi seorang guru. Pada akhir pembelajaran guru sering menutup pelajaran hanya dengan menyatakan bahwa pelajaran sudah berakhir. Menutup proses pembelajaran bukan sekedar mengeluarkan pernyataan bahwa pelajaran sudah berakhir. Untuk mengetahui kemampuan guru dalam proses penutupan pembelajaran, pertanyaan berikut dapat dijadikan indicator penilaiannya.
- Apakah guru memberikan umpan balik dan atau kesimpulan terhadap materi yang diajarkan
- Dalam memberikan umpan balik dan atau kesimpulan apakah guru telah menghubungkan isi pembelajaran den berkembang dengan isu-isu dan teknologi yang berkembang dimasyarakat.
- Apakah guru memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah
- Dalam member tugas apakah guru telah mengembangkan masalah-masalah baru untuk pengembangan konsep yang sudah dikuasai siswa.
- Apakah guru melakukan pemantapan terhadap perolehan belajar siswa.
 Kemampuan guru menggunakan bahasa secara jelas dan mudah dipahami siswa.
 Sikap yang baik, santun, dan menghargai siswa.
 Kemampuan mengorganisasi waktu yang sesuai dengan alokasi yang disediakan.
 Cara berbusana dan berdandan yang sopan sesuai dengan norma yang berlaku.

Siswa
Karakteristik siswa berhubungan dengan aspek-aspek yang melekat pada diri siswa. seperti motivasi, bakat, minat, kemampuan awal, gaya belajar, kepribadian, dan sebagainya.Karakteristik siswa yang paling kompleks tersebut harus juga dijadikan pijakan dasar dalam menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan. Tanpa mempertimbangkan karakteristik siswa tersebut, maka penerapan strategi pembelajaran tertentu tidak bisa mencapai hasil belajar secara maksimal. Misalnya, siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi, tentu membutuhkan strategi yang berbeda dalam pembelajaran. Demikian pula siswa yang memilki gaya belajar visual dan siswa yang memiliki gaya belajar kinestetiik, tentu tidak bisa disamakan dalam proses penerapan strategi pembelajaran. Oleh karena itu, seorang guru hendaknya betul-betul memahami karakteristik siswa yang mengikuti proses pembelajaran.
Beberapa aspek yang harus diperhatikan oleh guru pada siswa ketika akan menerapkan strategi pembelajaran, antara lain : Kecerdasan dan bakat khusus,prestasi sejak permulaan sekolah,perkembangan jasmani dan kesehatan,kecenderungan emosi dan karakternya,sikap dan minat belajar,cita – cita,kebiasaan belajar dan bekerja,hobi dan penggunaan waktu senggang,hubungan social di sekolah dan di rumah,latar belakang keluarga,lingkungan tempat tinggal,sifat – sifat khusus dan kesulitan belajar anak didik.
Usaha untuk memahami anak didik ini bisa dilakukan melalui evaluasi selain itu guru mempunyai keharusan melaporkan perkembangan hasil belajar para siswa kepada kepala sekolah, orang tua, serta instansi yang terkait.

Media Belajar
Media pembelajaran adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 1990). Sedangkan AECT (1977) menyatakan media sebagai bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. Ketersediaan sumber / media belajar, baik berupa manusia atau non manusia (hard ware dan soft ware), sangat mempengaruhi proses pembelajaran.
Menurut Martin dan Briggs (1986), media adalah semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan siswa. Media bisa berupa perangkat keras seperti computer, televise, proyektor, dan perangkat lunak yang digunakan pada perangkat keras tersebut.
Leshin, Pollock dan Reigeluth (1992), mengklasifikasikan media kedalam lima kelompok, yaitu (1) media berbasis manusia (pengajar, instruktur, tutor, bermain peran, kegiatan kelompok field trip), (2) media berbasis cetak (buku, buku latihan, work book, dan modul), (3) media berbasis siswa (buku, bagan, grafik, peta, gambar, transparansi, slip), (4) media berbasis audio visual (video, film, program slide tape, televise), (5) media berbasis computer (pengajaran dengan bantuan computer, interaktif video, hypertext).
Untuk pengembangan media pembelajaran diperlukan prosedur-prosedur tertentu yang sesuai dengan jenis kemampuan yang ingin dicapai, struktur isi dan studi serta memenuhi criteria umum yang berlaku bagi pengembangan produk-produk pembelajaran.
Perumusan tujuan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam pembelajaran. Tujuan dapat memberi arah kepada proses pembelajaran yang dilakukan, dan tujuan pembelajaran dapat dijadikan acuan dalam mengukur apakah tindakan kita betul atau salah. Dalam pengembangan media pembelajaran, tujuan harus dijadikan pijakan dalam proses pengembangan. Media yang dikembangkan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Media pendidikan lazim disebut sebagai alat – alat belajar atau mengajar. Strategi yang tepat untuk bahan pelajaran tertentu dapat lebih efektif jika disertai dengan media pendidikan yang tepat pula. Pada dasarnya sesuai dengan perkembangan siswa sebagai anak, pengajaran lebih mengutamakan sifat konkrit, sehingga alat mengajarpun dimulai pemilihannya dari sifat pembelajaran.
Pendidikan yang disertai dengan media yang tepat, selain memudahkan siswa dalam mengalami, memahami, mengertai, dan melakukan juga menimbulkan motivasi yang lebih kuat ketimbang semata – mata dengan menggunakan kata – kata yang abstrak. Dalam merencanakan pengajaran, disamping menentukan media yang akan digunakan, juga menetapkan alat pengajaran yang akan dipakai.
Lingkungan
Lingkungan sekolah yang kondusif merupakan salah satu factor penunjang keberhasilan strategi belajar mengajar yang akan diterapkan oleh seorang guru.
Faktor Keluarga
Yang meliputi komponen Cara orang tua mendidik,relasi antara anggota keluarga,suasana rumah tangga,keadaan ekonomi keluarga
Factor Sekolah
Metode Mengajar,Kurikulum,Relasi guru dengan siswa,Relasi siswa dengan siswa,Disiplin sekolah,Pelajaran dan waktu sekolah,Standar pelajaran,Keadaan gedung,Metode belajar,Tugas rumah.
Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan factor ekstern yang juga pengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. Hal ini mencakup : Kegiatan siswa dalam masyarakat,mass medi,Teman bergaul,Bentuk kehidupan masyarakat.

E. UPAYA-UPAYA UNTUK MENGATASI PERMASALAHAN DALAM MENERAPKAN STRATEGI PEMBELAJARAN
Dalam pelaksanaan strategi pembelajaran, tentu banyak sekali kendala-kendala ataupun masalah-masalah yang kerap muncul. Hal tersebut bisa saja berasal dari guru, siswa, media belajar, atau factor lingkungan. Agar strategi pembelajaran yang akan diterapkan tersebut berhasil, meskipun ada kendala-kendalanya, maka dibutuhkan suatu upaya-upaya untuk mengatasinya, antara lain :
a) Guru dituntut untuk kreatif dalam menciptakan hal-hal yang baru yang mampu menghadirkan suasana yang berbeda ketika proses belajar mengajar
b) Guru harus bisa menciptakan situasi yang kondusif ketika proses belajar mengajar berlangsung
c) Guru harus bisa memberikan motivasi kepada siswa-siswanya
d) Siswa dituntut untuk lebih aktif, kreatif dan inovatif
e) Minat dan bakat siswa yang terpendam mampu tersalurkan, sehingga akan muncul ide-ide yang kreatif dan gemilang
f) Sekolah harus mampu menyediakan media-media belajar sebagai penunjang dari strategi pembelajaran
g) Lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat diharapkan turut mendukung terwujudnya tujuan pembelajaran

Seorang guru dalam menerapkan strategi belajar mengajar
Guru harus memiliki peran-peran yang bisa membimbing dan mendukung pola pikir anak didik agar mampu menjadi anak didik yang diharapkan seperti, Guru yang konstruktif harus selalu inovatif untuk mengadopsi metode-metode baru untuk memotivasi belajar anak-anak didiknya. Ia harus menempatkan anak-anak didiknya sebagai pusat pembelajaran, artinya sejauhmana materi disampaikan bukan tergantung guru dan kurikulumnya tetapi tergantung kepada murid-muridnya.
Seorang guru hanya sebagai fasilitator, motivator dan inspirator dari proses kegiatan belajar mengajar di kelas, sehingga semua kualitas dari dalam diri anak-anak didiknya, akan terbuka. Semua kreativitas terletak di dalam diri anak-anak didik, karena anak-anak didik kita memiliki jiwa di mana terletak sumber dari segala potensi-potensinya. Karena ketidaktahuannyalah maka kita sebagai seorang calon /guru adalah pemandu spiritual untuk membantu memberikan pengetahuan kepada jiwa anak-anak didik kita. Keterlibatan jiwa seorang murid dalam suatu kegiatan belajar mengajar, akan memberikan motivasi kuat kepada mereka. Anak-anak didik kita akan merasa dirinya berharga untuk melakukan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Guru sebagai Contoh Teladan, Seorang guru dapat memotivasi anak-anak didiknya untuk lebih banyak membaca buku, jika anak-anak didiknya menemukan Gurunya banyak membaca buku. Tetapi, bagaimana mungkin seorang Guru yang jarang sekali membaca mampu memotivasi anak-anak didiknya untuk lebih banyak membaca buku? Buku adalah sumber energi dan motivasi. Seorang guru harus menjadi pembaca intensif buku-buku perpustakaan, majalah dan mengumpulkan pengetahuan untuk mengilhami anak-anak dengan menceritakan hal-hal baru. Guru dapat membuat perpustakaan kecil sendiri di dalam kelasnya, dan menjadikan dirinya sebagai inspirator bagi murid-muridnya. Karena, menurut Sokrates kelas adalah tanah pertempuran antara guru dengan muridnya, dan senjatanya adalah pertanyaan. Kita sebagai guru adalah motivasi bagi anak-anak didik kita, melalui kebiasaan kita membaca buku, budaya fisik dan mental ini bisa memberi contoh kepada anak-anak didik kita. Karena murid-murid selalu mengikuti perilaku guru mereka. Jadi seorang guru dapat melakukan banyak hal melalui kekuatan motivasi. Seorang guru harus menyadari bahwa kekuatan motivasi dan menggunakannya dengan baik dimanapun.
Ada Senyum di Dalam Kelas, Senyum memainkan peran yang sangat penting, tidak hanya dalam batas-batas sekolah, tetapi juga bahkan di dalam masyarakat pada umumnya. Senyum adalah ekspresi cinta. Senyum adalah kekuatan dan kekuasaan seseorang. Sekolah juga harus menjadikan senyum sebagai bagian dari kegiatan belajar mengajar. Seorang guru menyentuh hati anak-anak didiknya melalui daya tarik ‘senyum’. Senyum menciptakan percaya diri anak-anak didik kita. Perkembangan kemajuan anak-anak didik terhadap mata pelajarannya, terjadi ketika mereka mulai menyukai dan mencintai gurunya. Bagaimana murid mau mencitai pelajarannya jika ia tidak mencintai gurunya. Senyuman seorang guru, menciptakan getaran yang kuat pada diri anak-anak didiknya. Anak-anak didik kita tidak merasa takut untuk mengungkapkan persoalan apa yang terjadi dalam dirinya. Mereka tidak segan-segan lagi mengajukan pertanyaan, dan kebebasan berpikir di dalam kelas secara otomatis terjadi, ketika senyum hadir di dalam kelas. Kita sebagai calon/guru, dituntut untuk menjadi seorang teman untuk anak-anak didik kita. Persahabatan dapat membantu kita untuk lebih memahami seorang anak. Seorang anak didik akan mengungkapkan kesulitan/masalah hanya kepada guru yang sudah menjadi temanya. Tetapi, jika kita sebagai guru hanya memerankan seseorang pemberi tugas atau bahkan pemimpin sirkus untuk anak-anak didik kita, kita akan merusak kegitan belajar mengajar mereka. Anak-anak didik kita mulai membenci kita dan menyembunyikan segala sesuatu yang ada pada dirinya kepada kita. Anak-anak didik kita akan mengembangkan rasa takut kepada kita. Itu sebabnya, banyak orang tua dan guru berada dalam masalah besar, ketika semua persoalan pribadi anak-anak kita tidak mengemuka. Anak-anak didik kita kehilangan kebebasan untuk berterus-terang menceritakan masalahnya. Sebenarnya ini bukan kesalahan anak-anak didik kita, tapi kesalahan kita sebagai orang tua dan guru di sekolah, yang tidak memiliki seni ‘bagaimana untuk menjadi teman dari anak-anak didik kita.’ Karena strategi jitu dalam proses belajar mengajar di dalam kelas maupun di luar kelas menentukan terciptanya keoptimalan hasil belajar mangajar. Itu yang menjadi pendapat kami mengenai cara seoarang guru menerapkan strategi belajar mengajar di masa depan.
KRITERIA PEMILIHAN STRATEGI PEMBELAJARAN
Strategi pembelajaran yang dipilih oleh guru selayaknya didasari pada berbagai pertimbangan sesuai dengan situasi, kondisi dan lingkungan yang akan dihadapinya.
Pemilihan strategi pembelajaran umumnya bertolak dari.
Kozma dalam Gafur (1989) Secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.
Kriteria pemelihan strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam memilih strategi pembelajaran, yaitu:
1. Berorientasi pada tujuan pembelajaran
2. Pilih teknik pembelajaran sesuai dengan keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki saat bekerja nanti (dihubungkan dengan dunia kerja).
3. Gunakan media pembelajaran yang sebanyak mungkin memberikan rangsangan pada indera peserta didik.
Gerlach dan Ely (1990, him 173) menjelaskan pola umum pemilihan strategi pembelajaran yang akan digambarkan melalui bagan berikut ini: pemilihan strategi pembelajaran yang didasari pada prinsip efisiensi, efektivftas, dan keterlibatan peserta didik.
• Efisiensi
Penggunaan strategi pembelajaran yang tepat dan pemilihan metode yang mendukung tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
• Efektivitas
Pada dasarnya efektivitas ditujukan untuk menjawab pertanyaan seberapajauh tujuan pembe¬lajaran telah dapat dicapai oleh peserta didik. Perlu diingat bahwa strategi yang paling efisien sekalipun tidak otomatis menjadi strategi yang efektif.
• Keterlibatan Peserta Didik
Pada dasamya keterilibatan peserta didik dalam proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh tantangan yang dapat membangkitkan motivasinya dalam pembelajaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
mahasiswi STKIP YPM bangko jurusan MIPA prodi matematika

Pengikut