Halaman

Jumat, 13 Januari 2012

pelaksanaan sbm

MAKNA STRATEGI PENGAJARAN
Strategi terdiri dari metode dan teknik atau prosedur yang menjamin siswa mencapai tujuan. Strategi lebih luas dari metode atau teknik pengajaran. Metode atau teknik pengajaran merupakan bagian dari strategi pengajaran. Untuk lebih memperjelas perbedaan tersebut, ikutilah contoh berikut:

Dalam suatu Satuan Acara Perkuliahan (SAP) untuk mata kuliah Metode-metode mengajar bagi para mahasiswa program Akta IV, terdapat suatu rumusan tujuan khusus pengajaran sebagai benikut: “Para mahasiswa calon guru diharapkan dapat mengidentifikasi minimal empat jenis (bentuk) diskusi sebagai metode mengajar”. Strategi yang dipilih untuk mencapai tujuan pengajaran tersebut misalnya:
1. Mahasiswa diminta mengemukakan empat bentuk diskusi yang pernah dilihatnya, secara kelompok.
2. Mahasiswa diminta membaca dua buah buku tentang jenis-jenis diskusi dari Winamo Surakhmad dan Raka Joni.
3. Mahasiswa diminta mendemonstrasikan cara-cara berdiskusi sesuai dengan jenis yang dipelajari, sedangkan kelompok yang lain mengamati sambil mencatat kekurangan-kekurangannya untuk didiskusikan setelah demonstrasi itu selesai.
4. Mahasiswa diharapkan mencatat hasil diskusi kelas.
Dari contoh tersebut dapat kita lihat bahwa teknik pengajaran adalah kegiatan no 3 dan 4, yaitu dengan menggunakan metode demonstrasi dan diskusi. Sedangkan seluruh kegiatan tersebut di atas merupakan strategi yang disusun guru untuk mencapai tujuan pengajaran. Dalam mengatur strategi, guru dapat memilih berbagai metode seperti ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi dan sebagainya. Sedangkan berbagai media seperti film, kaset video, kaset audio, gambar dan lain-lain dapat digunakan sebagai bagian dan teknik teknik yang dipilih.

A. KONSEP DASAR STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
Menurut Newman dan Mogan, strategi dasar setiap usaha meliputi empat masalah masing-masing yaitu :
a. Pengidentifikasian dan penetapan spesifikasi dan kualifikasi hasil yang harus dicapai dan menjadi sasaran usaha tersebut dengan mempertimbangkan aspirasi masyarakat yang memerlukannya.
b. Pertimbangan dan pemilihan pendekatan utama yang ampuh untuk mencapai sasaran.
c. Pertimbangan dan penetapan langkah-langkah yang ditempuh sejak awal sampai akhir.
d. Pertimbangan dan penetapan tolok ukur dan ukuran baku yang akan digunakan untuk menilai keberhasilan usaha yang dilakukan.

Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.
3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem

B. PELAKSANAAN STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
(Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien
Strategi Belajar Mengajar adalah pola-pola umum kegiatan guru – anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Guru sebagai komponen terpenting dari tenaga kependidikan, memiliki tugas untuk melaksanakan tugas pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru diharapkan paham tentang pengertian strategi pembelajaran. Pembelajaran berati upaya membelajarkan siswa (Degeng,1989).
Sebelum merencanakan dan melaksanakan kegiatan mengajar, guru harus dapat menjawab pertanyaan :
 Sejauh mana batas-batas materi pengetahuan yang telah dikuasai dan diketahui oleh siswa yang akan diajar.
 Tingkat dan tahap serta jenis kemamupuan manakah yang telah dicapai dan dikuasai siswa yang bersangkutan.
 Apakah siswa sudah cukup siap dan matang untuk menerima bahan dan pola-pola perilaku yang akan diajarkan.
 Seberapa jauh motivasi dan minat belajar yang dimiliki oleh siswa sebelum belajar dimulai.
Secara umum ada tiga pokok dalam strategi mengajar, yakni tahap permulaan (prainstruksional), tahap pengajaran (instruksional), dan tahap penilaian serta tindak lanjut.

1. Tahap Prainstruksional
Tahap prainstruksional adalah tahapan yang ditempuh guru pada saat ia memulai proses belajar dan mengajar. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru atau siswa pada tahapan ini :
a) Guru menanyakan kehadiran siswa, dan mencatat siapa yang tidak hadir. Kiranya tidak perlu diabsensi satu persatu, cukup ditanya yang tidak hadir saja dengan alasannya. Kehadiran siswa dalam pengajaran, dapat dijadikan sebagai suatu tolok ukur kemampuan guru mengajar. Tidak selalu ketidakhadiran siswa, disebabkan kondisi siswa yang bersangkutan (sakit, malas, bolos, dll), tetapi bisa juga terjadi karena pengajaran dari guru yang tidak menyenangkan, sikapnya tidak disukai siswa atau karena tindakan guru pada waktu mengajar sebelumnya dianggap merugikan siswa (penilaian tidak adil, memberikan hukuman yang menyebabkan frustasi, rendah diri, dll).
b) Bertanya kepada siswa, sampai dimana pembahasan pelajaran sebelumnya. Hal ini bukan soal guru sudah lupa, tapi menguji dan mengecek kembali ingatan siswa terhadap bahan yang telah dipelajarinya. Dengan demikian guru mengetahui ada tidaknya kebiasaan belajar siswa di rumahnya sendiri, setidak-tidaknya kesiapan siswa menghadapi pelajaran hari itu.
c) Mengajukan pertanyaan siswa di kelas, atau siswa tertentu tentang bahan pelajaran yang diberikan sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sampai dimana pemahaman materi yang telah diberikan, apakah tahan lama diingat atau tidak.
d) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum dikuasainya dari pelajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya.
e) Mengulang kembali bahan pelajaran yang lalu secara singkat tetapi mencakup semua bahan aspek yang telah dibahas sebelumnya. Hal ini dilakukan sebagai dasar bagi pelajaran yang akan dibahas hari berikutnya nanti, sebagai usaha dalam menciptakan kondisi belajar siswa.
Tujuan tahapan ini, pada hakikatnya adalah mengunkapkan kembali tanggapan siswa terhadap bahan yang telah diterimanya, dan menumbuhkan kondisi belajar dalam hubungannya dengan pelajaran hari itu. Tahap prainstruksional dalam strategi mengajar mirip dengan tahap pemanasan dalam olahraga. Kegiatan ini akan mempengaruhi keberhasilan siswa.
2. Tahap Instruksional
Tahap instruksional adalah tahap pengajaran atau tahap inti, yakni tahapan memberikan bahan pelajaran yang telah disusun guru sebelumnya. Secara umum dapat diidentifikasi beberapa kegiatan sebagai berikut :
a) Menjelaskan pada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai siswa. Informasi tujuan penting diberikan kepada siswa, sebab tujuan tersebut untuk siswa dan harus dicapai setelah pengajarann selesai. Berdasarkan pengamatan masih banyak guru yang tidak melaksanakan ini, sebaiknya tujuan tersebut ditulis secara ringkas didepan papan tulis sehingga dapat dibaca dan dapat dipahami oleh siswa.
b) Menuliskan pokok materi yang akan dibahas hari itu yang diambil dari buku sumber yang telah disiapkan sebelumnya. Sudah barang tentu materi tersebut sesuai silabus dan tujuan pengajaran, sebab materi bersumber dari tujuan.
c) Membahas pokok materi yang telah dituliskan tadi. Dalam pembahasan materi itu dapat ditempuh dua cara, yakni : pertama, pembahasan dimulai dari gambaran umum materi pengajaran menuju kepada topic secara lebih khusus. Kedua, dimulai dari topic khusus menuju topic umum. Mana cara yang paling baiok untuk melakukannya bergantung pada guru masing-masing. Namun demikian, cara pertama diduga akan lebih efektif sebab siswa diberikan gambaran keseluruhan materi, sehingga siswa tahu arah bahan pengajaran yang akan dibahas selanjutnya. Pembahasan tidak harus oleh guru tetapi lebih baik lagi dibahas oleh siswa.
d) Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan contoh-contoh konkrit. Demikian pula siswa harus diberikan pertanyaan atau tugas, untuk mengetahui tingkat pemahaman dari setiap pokok materi yang telah dibahas. Dengan demikian nilai pengajaran tidak hanya pada akhir pelajaran saja, tetapi juga pada saat pengajaran berlangsung. Jika ternyata siswa belum memahaminya, maka guru mengulang kembali pokok materi tadi sebelum melanjutkan pada pokok materi berikutnya. Demikian seterusnya sampai semua pokok materi yang telah ditulis tadi selesai dihahas. Harus diperhatikan bahwa siswa harus banyak terlibat dalam membahas pokok materi.
e) Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan setiap pokok materi yang sangat diperlukan. Alat bantu seperti alat peraga grafis, model atau alat peraga yang diproyeksikan (kalau ada) sudah barang tentu harus sudah disiapkan sebelumnya. Alat ini digunakan dalam empat fase kegiatan : a) Pada waktu guru menjelaskan kepada siswa, b) Pada waktu guru menjawab pertanyaan siswa, sehingga jawaban lebih jelas, c) Pada waktu guru mengajukan pertanyaan kepada siswa atau pada waktu memberi tugas kepada siswa, dan d) Digunakan siswa pada waktu ia mengerjakan tugas yang diberikan guru dan pada waktu siswa melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian alat peraga tersebut dapat digunakan oleh guru dan oleh siswa.
f) Menyimpulkan hasil pembahasan dari pokok materi. Kesimpulan ini dibuat oleh guru dan sebaiknya pokok-pokoknya ditulis dipapan tulis untuk dicatat siswa. Kesimpulan dapat pula dibuat guru bersama-sama siswa, bahkan kalau mungkin diserahkan sepenuhnya kepada siswa. Pada kegiatan ini siswa diberi waktu untuk mencatat kesimpulan pelajaran bertanya kepada temen-temannya, atau mendiskusikannya dalam kelompok. Harus diperhatikan bahwa kegiatan yang ditempuh dalam tahapan instruksional, sebaiknya dititikberatkan pada siswa yang harus lebih aktif melakukan kegiatan belajar. Untuk itu maka haruslah dipilih pendekatan mengajar yang berorientasi kepada cara belajar siswa aktif.

3. Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut
Tahapan yang ketiga atau yang terakhir dari strategi menggunakan model mengajar adalah tahap evaluasi atau penilaian dan tindak lanjut dalam kegiatan pembelajaran. Tujuan tahapan ini, ialah untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari tahapan kedua (instruksional), kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini antara lain :
a) Mengajukan pertanyaan kepada kelas, atau kepada beberapa siswa, mengenai semua pokok materi yang telah dibahas pada tahapan kedua. Pertanyaan yang diajukan bersumber dari bahan pengajaran. Pertanyaan dapat diajukan kepada siswa secara lisan maupun secara tertulis. Pertanyaan ini disebut post test. Berhasil tidaknya tahapan kedua, dapat dilihat dari dapat/tidaknya siswa menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Salah satu patokan yang dapat digunakan adalah apabila kiri-kira 70% dari jumlah siswa di kelas tersebut dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan, maka proses pengajaran (tahapan kedua) dikatakan berhasil.
b) Apabila pertanyaan yang diajukan belum dapat dijawab oleh siswa kurang dari 70%, maka guru harus mengulang kembali materi yang belum dikuasai siswa. teknik pembahasan bisa ditempuh dengan berbagai cara, yakni : (1) menguasai untuk menjelaskannya pada kegiatan terjadwal , (2) diadakan diskusi kelompok membahas pokok materi yang belum dikuasai, dan (3) memberikan tugas pekerjaan rumah, yang berhubungan dengan pokok materi yang belum dikuasai melalui kegiatan mandiri. Cara mana yamg dipilih diserahkan sepenuhnya kepada guru.
c) Untuk memperkaya pengetahuan siswa, materi yang dibahas, guru dapat memberikan tugas/pekerjaan rumah yang ada hubungannya dengan topic atau poko materi yang telah dibahas. Misalnya, tugas memecahkan masalah, menulis karangan atau makalah, membuat kliping dari koran dan lain-lain yang erat huibungannya dengan bahann yang telah dibahas.
d) Akhiri pelajaran dengan menjelaskan atau member tahu pokok materi yang akan dibahas pada pelajaran berikutnya. Informasi ini perlu agar siswa dapat mempelajari bahan tersebut dari sumber-sumber yang dimilikinya.
Ketiga tahap yang telah dibahas diatas, merupakan satu rangkaian kegiatan yang terpadu, tidak terpisahkan satu sama lain. Guru dituntut untuk mampu dan dapat mengatur waktu dan kegiatan secara fleksibel, sehingga ketiga rangkaian tersebut diterima oleh siswa secara utuh. Disinilah letak keterampilan professional dari seorang guru dalam melaksanakann strategi mengajar. Kemampuan mengajar seperti dilukiskan dalam uraian diatas secara teoritis mudah dikuasai, namun dalam prakteknya tidak semudah seperti digambarkan. Hanya dengan latihan dan kebiasaan yang terencana, kemampuan itu dapat diperoleh.

KOMPONEN PEMBELAJARAN
1. Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan sebagai bagian dari suatu sistem pembelajaran secara keseluruhan memegang peranan penting.
2. Penyampaian Informasi
Penyampaian informasi seringkali dianggap sebagai suatu kegiatan paling penting dalam proses pembelajaran, padahal bagian ini hanya merupakan salah satu komponen dari strategi pembelajaran. Artinya tanpa adanya kegiatan pendahuluan yang menarik atau dapat memotivasi peserta didik dalam belajar maka kegiatan penyampaian informasi ini menjadi tidak berarti.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyampaian informasi adalah urutan, ruang lingkup dan jenis materi.
a) Urutan penyampaian
b) Ruang lingkup materi yang disampaikan
c) Materi yang akan disampaikan
Materi pelajaran umumnya merupakan gabungan antara jenis materi yang berbentuk pengetahuan (fakta dan informasi yang terperinci), keterampilan (langkah-langkah, prosedur, keadaan dan syarat-syarat tertentu) dan sikap (berisi pendapat ide, saran atau tanggapan) (Kemp, 1977). Merril (1977, h.37) membedakan isi pelajaran menjadi 4 jenis yaitu fakta, konsep, prosedur dan prinsip.
6. Partisipasi Peserta Didik
Berdasarkan prinsip student centered maka peserta didik merupakan pusat dari suatu kegiatan belajar. Dalam masyarakat belajar dikenal istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) yang diterjemahkan dari’ SAL (Student Active Learning) yang maknanya adalah bahwa proses pembelajaran akan iebih berhasil apabila peserta didik secara aktif melakukan latihan-latihan secara langsung dan relevan dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan (Dick dan Carey, 1978, h 108).Terdapat beberapa hal penting yang berhubungan dengan partisipasi peserta didik, yaitu:
a) Latihan dan praktek seharusnya dilakukan setelah peserta didik diberi informasi tentang suatu pengetahuan,sikap atau keterampiian tertentu.
b) Umpan Balik Segera setelah peserta didik menunjukkan perilaku tertentu sebagai hasil belajarnya, maka , guru memberikan umpan batik (feedback) terhadap hasil belajar tersebut. Melalui umpan balik yang diberikan oleh guru, peserta didik akan segera mengetahui apakah jawaban yang merupakan kegiatan yang telah mereka lakukan itu benar/atau salah, tepat/tidak tepat atau ada sesuatu yang perlu diperbaiki.
7. Tes
Serangkaian tes umum yang digunakan oleh guru untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran khusus telah tercapai atau belum, dan apakah pengetahuan, sikap dan keterampilan telah benar-benar dimiliki oleh peserta didik atau belum.
8. Kegiatan Lanjutan
Kegiatan yang dikenal dengan istilah follow up dari suatu hasil kegiatan yang telah dilakukan seringkali tidak dilaksanakan dengan baik oleh guru. Dalam kenyataannya, setiap kali setelah tes dilakukan selalu saja terdapat peserta didik yang berhasil dengan bagus atau di atas rata-rata hanya menguasai sebagian atau cenderung di rata-rata tingkat penguasaan yang diharapkan dapat dicapai.Peserta didik seharusnya menerima tindak lanjut yang berbeda sebagai konsekuensi dari hasil belajar yang bervariasi tersebut.

C. Komponen Strategi Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu sistem instruksional yang mengacu pada seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Selaku suatu sistem, pembelajaran meliputi suatu komponen,Agar tujuan itu tercapai, semua komponen yang ada harus diorganisasikan sehingga antarsesama komponen terjadi kerja sama. Oleh karena itu, guru tidak boleh hanya memperhatikan komponen-komponen tertentu saja misalnya metode, bahan, dan evaluasi saja, tetapi ia harus mempertimbangkan komponen secara keseluruhan.

Guru
Guru adalah pelaku pembelajaran, sehingga dalam hal ini guru merupakan faktor yang terpenting. Di tangan gurulah sebenarnya letak keberhasilan pembelajaran. Komponen guru tidak dapat dimanipulasi atau direkayasa oleh komponen lain, dan sebaliknya guru mampu memanipulasi atau merekayasa komponen lain menjadi bervariasi. Sedangkan komponen lain tidak dapat mengubah guru menjadi bervariasi. Tujuan rekayasa pembelajaran oleh guru adalah membentuk lingkungan peserta didik supaya sesuai dengan lingkungan yang diharapkan dari proses belajar peserta didik, yang pada akhirnya peserta didik memperoleh suatu hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu, dalam merekayasa pembelajaran, guru harus berdasarkan kurikulum yang berlaku.
Peserta didik
Peserta didik merupakan komponen yang melakukan kegiatan belajar untuk mengembangkan potensi kemampuan menjadi nyata untuk mencapai tujuan belajar. Komponen peserta ini dapat dimodifikasi oleh guru.
Tujuan
Tujuan merupakan dasar yang dijadikan landasan untuk menentukan strategi, materi, media dan evaluasi pembelajaran. Untuk itu, dalam strategi pembelajaran, penentuan tujuan merupakan komponen yang pertama kali harus dipilih oleh seorang guru, karena tujuan pembelajran merupakan target yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran.Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan, karena hal itu adalah suatu hal yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan ke arah mana kegiatan itu akan dibawa.
Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran merupakan medium untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berupa materi yang tersusun secara sistematis dan dinamis sesuai dengan arah tujuan dan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan tuntutan masyarakat. Menurut Suharsimi (1990) bahan ajar merupakan komponen inti yang terdapat dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran
Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal, maka dalam menentukan strategi pembelajaran perlu dirumuskan komponen kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan standar proses pembelajaran.bahan ajaran merupakan substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Tanpa bahan pelajaran proses belajar mengajar tidak akan berjalan. Karena itu, guru yang akan mengajar pasti memiliki dan menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikannya pada anak didik.
Metode
Metode adalah satu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Penentuan metode yang akan digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran akan sangat menentukan berhasil atau tidaknya pembelajaran yang berlangsung.Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaanya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir.
Alat
Alat yang dipergunakan dalam pembelajran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan pengajaran, alat mempunyai fungsi yaitu alat sebagai perlengkapan, alat sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan, dan alat sebagai tujuan.. Alat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu alat verbal dan alat bantu nonverbal. Alat verbal dapat berupa suruhan, perintah, larangan dan lain-lain, sedangkan yang nonverbal dapat berupa globe, peta, papan tulis slide dan lain-lain.
Sumber Pembelajaran
Sumber pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat atau rujukan di mana bahan pembelajaran bisa diperoleh. Sehingga sumber belajar dapat berasal dari masyarakat, lingkungan, dan kebudayaannya, misalnya, manusia, buku, media masa, lingkungan, museum, dan lain-lain.
Evaluasi
Komponen evaluasi merupakan komponen yang berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, juga bisa berfungsi sebagai sebagai umpan balik untuk perbaikan strategi yang telah ditetapkan. Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu evaluation. Menurut Wand dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Sedangkan menurut Wayan Nurkancana dan PPN Sumartana, evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai sebagai sesuatu dalam dunia pendidikan atau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan.
Situasi atau Lingkungan
Lingkungan sangat mempengaruhi guru dalam menentukan strategi pembelajaran. Lingkungan yang dimaksud adalah situasi dan keadaan fisik (misalnya iklim, madrasah, letak madrasah, dan lain sebagainya), dan hubungan antar insani, misalnya dengan teman, dan peserta didik dengan orang lain. Contoh keadaan ini misalnya menurut isi materinya seharusnya pembelajaran menggunakan media masyarakat untuk pembelajaran, karena kondisi masyarakat sedang rawan, maka diubah dengan menggunakan metode lain, misalnya membuat kliping.
Komponen-komponen strategi pembelajaran tersebut akan mempengaruhi jalannya pembelajaran, untuk itu semua komponen strategi pembelajaran merupakan faktor yang berpengaruh terhadap strategi pembelajaran. Untuk lebih mempermudah menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap strategi pembelajaran, komponen strategi pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: peserta didik sebagai raw input, entering behavior peserta didik, dan instrumental input atau sasaran.
Pada dasarnya, hal terpenting dalam proses pembelajaran, salah satunya adalah bagaimana seorang guru mampu menyampaikan informasi dengan baik –selanjutnya disebut sebagai gaya mengajar. Begitu juga, bagi siswa harus dapat menerima informasi yang disampaikan oleh gurunya secara baik pula –yang selanjutnya disebut sebagai gaya belajar.
Chatib (2009:100-101) menjelaskan pada dasarnya gaya mengajar adalah strategi transfer informasi yang diberikan oleh guru kepada siswanya. Sedangkan gaya belajar adalah bagaimana sebuah informasi dapat diterima dengan baik oleh siswa.
Conner (2008:1) menyatakan bahwa gaya belajar siswa mengacu pada cara siswa memilih untuk menerima atau memproses informasi baru. Setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda. Beberapa siswa mungkin menemukan bahwa mereka memiliki pilihan gaya belajar atau cara menyelesaikan masalah dengan gaya belajar yang lain. instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.

D. FAKTOR – FAKTOR YANG MENDUKUNG DAN MENGHAMBAT DALAM STRATEGI PEMBELAJARAN
Guru
Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru merupakan faktor utama yang menunjang keberhasilan belajar siswa. Penguasaan dan keterampilan guru dalam menguasai materi pembelejaran dan strategi pembelajaran tidak menjadi jaminan untuk mampu meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal. Hal yang terpenting yang harus diperhatikan dalam perumusan strategi pembelajaran adalah menetapkan strategi pembelajaran yang cocok untuk praktik dengan strategi proyek. Dengan demikian, strategi pengorganisasian, strategi penyampaian, dan strategi pengelolaan pembelajaran harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan setiap jenis pekerjaan yang ada.
Secara umum ada beberapa variable yang berpengaruh dalam keberhasilan pelaksanaan strategi pembelajaran oleh guru, antara lain :
 Kemampuan guru dalam membuka pelajaran. Dalam setiap memulai pelajaran guru harus menjelaskan tujuan / kompetensi yang ingin dicapai, dan manfaatnya bagi kehidupan siswa. Pada tahap ini guru harus mampu mengaitkan isi pembelajaran yang akan dibahas dengan pembelajaran terdahulu yang telah dipelajari siswa. Proses mengaitkan dan menghubungkan pengetahuan awal yang dimiliki siswa dengan isi pembelajaran yang akan dibahas sangat membantu dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.
 Kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan inti pembelajaran. Kegiatan inti pembelajaran adalah kegiatan yang sangat berpengaruh meningkatkan hasil belajar siswa. Guna mengetahui kemampuan guru dalam menerapkan strategi pembelajaran, maka pertanyaan berikut dapat dijadikan indicator tentang tingkat keberasilan guru antara lain :
- Apakah strategi pembelajaran yang digunakan mampu merangsang dan mendorong siswa aktif mengalami dan melaksanakan aktifitas pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
- Apakah strategi yang digunakan guru mendorong dan melibatkan siswa untuk bekerja sama dengan siswa lainnya
- Apakah strategi yang digunakan guru mampu mendorong siswa untuk mengeksplorasi dan memperkuat pemahaman siswa
- Apakah strategi yang digukan guru mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
- Kemampuan guru melakukan penilaian pembelajaran. Untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai kompetensi yang telah ditetapkan maka seorang guru dituntut untuk mengadakan penilaian. Guna mengetahui kemampuan guru melakukan penilaian pembelajaran, pertanyaan berikut dapat dilakukan indicator penilaiannya.
- Apakah guru mendorong siswa untuk mengungkapkan dan menyimpulkan apa yang telah dipelajarinya.
- Apakah guru melakukan penilaian dengan alat yang sesuai dengan kompetensi dan kinerja yang jelas.
- Apakah guru memberikan kesempatan pada siswa melakukan penilaian diri sendiri (self assessment) dan atau penilaian antar teman (peer assessment)
 Kemampuan guru menutup pelajaran. Keterampilan menutup pembelajaran sangat penting bagi seorang guru. Pada akhir pembelajaran guru sering menutup pelajaran hanya dengan menyatakan bahwa pelajaran sudah berakhir. Menutup proses pembelajaran bukan sekedar mengeluarkan pernyataan bahwa pelajaran sudah berakhir. Untuk mengetahui kemampuan guru dalam proses penutupan pembelajaran, pertanyaan berikut dapat dijadikan indicator penilaiannya.
- Apakah guru memberikan umpan balik dan atau kesimpulan terhadap materi yang diajarkan
- Dalam memberikan umpan balik dan atau kesimpulan apakah guru telah menghubungkan isi pembelajaran den berkembang dengan isu-isu dan teknologi yang berkembang dimasyarakat.
- Apakah guru memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah
- Dalam member tugas apakah guru telah mengembangkan masalah-masalah baru untuk pengembangan konsep yang sudah dikuasai siswa.
- Apakah guru melakukan pemantapan terhadap perolehan belajar siswa.
 Kemampuan guru menggunakan bahasa secara jelas dan mudah dipahami siswa.
 Sikap yang baik, santun, dan menghargai siswa.
 Kemampuan mengorganisasi waktu yang sesuai dengan alokasi yang disediakan.
 Cara berbusana dan berdandan yang sopan sesuai dengan norma yang berlaku.

Siswa
Karakteristik siswa berhubungan dengan aspek-aspek yang melekat pada diri siswa. seperti motivasi, bakat, minat, kemampuan awal, gaya belajar, kepribadian, dan sebagainya.Karakteristik siswa yang paling kompleks tersebut harus juga dijadikan pijakan dasar dalam menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan. Tanpa mempertimbangkan karakteristik siswa tersebut, maka penerapan strategi pembelajaran tertentu tidak bisa mencapai hasil belajar secara maksimal. Misalnya, siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi, tentu membutuhkan strategi yang berbeda dalam pembelajaran. Demikian pula siswa yang memilki gaya belajar visual dan siswa yang memiliki gaya belajar kinestetiik, tentu tidak bisa disamakan dalam proses penerapan strategi pembelajaran. Oleh karena itu, seorang guru hendaknya betul-betul memahami karakteristik siswa yang mengikuti proses pembelajaran.
Beberapa aspek yang harus diperhatikan oleh guru pada siswa ketika akan menerapkan strategi pembelajaran, antara lain : Kecerdasan dan bakat khusus,prestasi sejak permulaan sekolah,perkembangan jasmani dan kesehatan,kecenderungan emosi dan karakternya,sikap dan minat belajar,cita – cita,kebiasaan belajar dan bekerja,hobi dan penggunaan waktu senggang,hubungan social di sekolah dan di rumah,latar belakang keluarga,lingkungan tempat tinggal,sifat – sifat khusus dan kesulitan belajar anak didik.
Usaha untuk memahami anak didik ini bisa dilakukan melalui evaluasi selain itu guru mempunyai keharusan melaporkan perkembangan hasil belajar para siswa kepada kepala sekolah, orang tua, serta instansi yang terkait.

Media Belajar
Media pembelajaran adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 1990). Sedangkan AECT (1977) menyatakan media sebagai bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. Ketersediaan sumber / media belajar, baik berupa manusia atau non manusia (hard ware dan soft ware), sangat mempengaruhi proses pembelajaran.
Menurut Martin dan Briggs (1986), media adalah semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan siswa. Media bisa berupa perangkat keras seperti computer, televise, proyektor, dan perangkat lunak yang digunakan pada perangkat keras tersebut.
Leshin, Pollock dan Reigeluth (1992), mengklasifikasikan media kedalam lima kelompok, yaitu (1) media berbasis manusia (pengajar, instruktur, tutor, bermain peran, kegiatan kelompok field trip), (2) media berbasis cetak (buku, buku latihan, work book, dan modul), (3) media berbasis siswa (buku, bagan, grafik, peta, gambar, transparansi, slip), (4) media berbasis audio visual (video, film, program slide tape, televise), (5) media berbasis computer (pengajaran dengan bantuan computer, interaktif video, hypertext).
Untuk pengembangan media pembelajaran diperlukan prosedur-prosedur tertentu yang sesuai dengan jenis kemampuan yang ingin dicapai, struktur isi dan studi serta memenuhi criteria umum yang berlaku bagi pengembangan produk-produk pembelajaran.
Perumusan tujuan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam pembelajaran. Tujuan dapat memberi arah kepada proses pembelajaran yang dilakukan, dan tujuan pembelajaran dapat dijadikan acuan dalam mengukur apakah tindakan kita betul atau salah. Dalam pengembangan media pembelajaran, tujuan harus dijadikan pijakan dalam proses pengembangan. Media yang dikembangkan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Media pendidikan lazim disebut sebagai alat – alat belajar atau mengajar. Strategi yang tepat untuk bahan pelajaran tertentu dapat lebih efektif jika disertai dengan media pendidikan yang tepat pula. Pada dasarnya sesuai dengan perkembangan siswa sebagai anak, pengajaran lebih mengutamakan sifat konkrit, sehingga alat mengajarpun dimulai pemilihannya dari sifat pembelajaran.
Pendidikan yang disertai dengan media yang tepat, selain memudahkan siswa dalam mengalami, memahami, mengertai, dan melakukan juga menimbulkan motivasi yang lebih kuat ketimbang semata – mata dengan menggunakan kata – kata yang abstrak. Dalam merencanakan pengajaran, disamping menentukan media yang akan digunakan, juga menetapkan alat pengajaran yang akan dipakai.
Lingkungan
Lingkungan sekolah yang kondusif merupakan salah satu factor penunjang keberhasilan strategi belajar mengajar yang akan diterapkan oleh seorang guru.
Faktor Keluarga
Yang meliputi komponen Cara orang tua mendidik,relasi antara anggota keluarga,suasana rumah tangga,keadaan ekonomi keluarga
Factor Sekolah
Metode Mengajar,Kurikulum,Relasi guru dengan siswa,Relasi siswa dengan siswa,Disiplin sekolah,Pelajaran dan waktu sekolah,Standar pelajaran,Keadaan gedung,Metode belajar,Tugas rumah.
Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan factor ekstern yang juga pengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. Hal ini mencakup : Kegiatan siswa dalam masyarakat,mass medi,Teman bergaul,Bentuk kehidupan masyarakat.

E. UPAYA-UPAYA UNTUK MENGATASI PERMASALAHAN DALAM MENERAPKAN STRATEGI PEMBELAJARAN
Dalam pelaksanaan strategi pembelajaran, tentu banyak sekali kendala-kendala ataupun masalah-masalah yang kerap muncul. Hal tersebut bisa saja berasal dari guru, siswa, media belajar, atau factor lingkungan. Agar strategi pembelajaran yang akan diterapkan tersebut berhasil, meskipun ada kendala-kendalanya, maka dibutuhkan suatu upaya-upaya untuk mengatasinya, antara lain :
a) Guru dituntut untuk kreatif dalam menciptakan hal-hal yang baru yang mampu menghadirkan suasana yang berbeda ketika proses belajar mengajar
b) Guru harus bisa menciptakan situasi yang kondusif ketika proses belajar mengajar berlangsung
c) Guru harus bisa memberikan motivasi kepada siswa-siswanya
d) Siswa dituntut untuk lebih aktif, kreatif dan inovatif
e) Minat dan bakat siswa yang terpendam mampu tersalurkan, sehingga akan muncul ide-ide yang kreatif dan gemilang
f) Sekolah harus mampu menyediakan media-media belajar sebagai penunjang dari strategi pembelajaran
g) Lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat diharapkan turut mendukung terwujudnya tujuan pembelajaran

Seorang guru dalam menerapkan strategi belajar mengajar
Guru harus memiliki peran-peran yang bisa membimbing dan mendukung pola pikir anak didik agar mampu menjadi anak didik yang diharapkan seperti, Guru yang konstruktif harus selalu inovatif untuk mengadopsi metode-metode baru untuk memotivasi belajar anak-anak didiknya. Ia harus menempatkan anak-anak didiknya sebagai pusat pembelajaran, artinya sejauhmana materi disampaikan bukan tergantung guru dan kurikulumnya tetapi tergantung kepada murid-muridnya.
Seorang guru hanya sebagai fasilitator, motivator dan inspirator dari proses kegiatan belajar mengajar di kelas, sehingga semua kualitas dari dalam diri anak-anak didiknya, akan terbuka. Semua kreativitas terletak di dalam diri anak-anak didik, karena anak-anak didik kita memiliki jiwa di mana terletak sumber dari segala potensi-potensinya. Karena ketidaktahuannyalah maka kita sebagai seorang calon /guru adalah pemandu spiritual untuk membantu memberikan pengetahuan kepada jiwa anak-anak didik kita. Keterlibatan jiwa seorang murid dalam suatu kegiatan belajar mengajar, akan memberikan motivasi kuat kepada mereka. Anak-anak didik kita akan merasa dirinya berharga untuk melakukan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Guru sebagai Contoh Teladan, Seorang guru dapat memotivasi anak-anak didiknya untuk lebih banyak membaca buku, jika anak-anak didiknya menemukan Gurunya banyak membaca buku. Tetapi, bagaimana mungkin seorang Guru yang jarang sekali membaca mampu memotivasi anak-anak didiknya untuk lebih banyak membaca buku? Buku adalah sumber energi dan motivasi. Seorang guru harus menjadi pembaca intensif buku-buku perpustakaan, majalah dan mengumpulkan pengetahuan untuk mengilhami anak-anak dengan menceritakan hal-hal baru. Guru dapat membuat perpustakaan kecil sendiri di dalam kelasnya, dan menjadikan dirinya sebagai inspirator bagi murid-muridnya. Karena, menurut Sokrates kelas adalah tanah pertempuran antara guru dengan muridnya, dan senjatanya adalah pertanyaan. Kita sebagai guru adalah motivasi bagi anak-anak didik kita, melalui kebiasaan kita membaca buku, budaya fisik dan mental ini bisa memberi contoh kepada anak-anak didik kita. Karena murid-murid selalu mengikuti perilaku guru mereka. Jadi seorang guru dapat melakukan banyak hal melalui kekuatan motivasi. Seorang guru harus menyadari bahwa kekuatan motivasi dan menggunakannya dengan baik dimanapun.
Ada Senyum di Dalam Kelas, Senyum memainkan peran yang sangat penting, tidak hanya dalam batas-batas sekolah, tetapi juga bahkan di dalam masyarakat pada umumnya. Senyum adalah ekspresi cinta. Senyum adalah kekuatan dan kekuasaan seseorang. Sekolah juga harus menjadikan senyum sebagai bagian dari kegiatan belajar mengajar. Seorang guru menyentuh hati anak-anak didiknya melalui daya tarik ‘senyum’. Senyum menciptakan percaya diri anak-anak didik kita. Perkembangan kemajuan anak-anak didik terhadap mata pelajarannya, terjadi ketika mereka mulai menyukai dan mencintai gurunya. Bagaimana murid mau mencitai pelajarannya jika ia tidak mencintai gurunya. Senyuman seorang guru, menciptakan getaran yang kuat pada diri anak-anak didiknya. Anak-anak didik kita tidak merasa takut untuk mengungkapkan persoalan apa yang terjadi dalam dirinya. Mereka tidak segan-segan lagi mengajukan pertanyaan, dan kebebasan berpikir di dalam kelas secara otomatis terjadi, ketika senyum hadir di dalam kelas. Kita sebagai calon/guru, dituntut untuk menjadi seorang teman untuk anak-anak didik kita. Persahabatan dapat membantu kita untuk lebih memahami seorang anak. Seorang anak didik akan mengungkapkan kesulitan/masalah hanya kepada guru yang sudah menjadi temanya. Tetapi, jika kita sebagai guru hanya memerankan seseorang pemberi tugas atau bahkan pemimpin sirkus untuk anak-anak didik kita, kita akan merusak kegitan belajar mengajar mereka. Anak-anak didik kita mulai membenci kita dan menyembunyikan segala sesuatu yang ada pada dirinya kepada kita. Anak-anak didik kita akan mengembangkan rasa takut kepada kita. Itu sebabnya, banyak orang tua dan guru berada dalam masalah besar, ketika semua persoalan pribadi anak-anak kita tidak mengemuka. Anak-anak didik kita kehilangan kebebasan untuk berterus-terang menceritakan masalahnya. Sebenarnya ini bukan kesalahan anak-anak didik kita, tapi kesalahan kita sebagai orang tua dan guru di sekolah, yang tidak memiliki seni ‘bagaimana untuk menjadi teman dari anak-anak didik kita.’ Karena strategi jitu dalam proses belajar mengajar di dalam kelas maupun di luar kelas menentukan terciptanya keoptimalan hasil belajar mangajar. Itu yang menjadi pendapat kami mengenai cara seoarang guru menerapkan strategi belajar mengajar di masa depan.
KRITERIA PEMILIHAN STRATEGI PEMBELAJARAN
Strategi pembelajaran yang dipilih oleh guru selayaknya didasari pada berbagai pertimbangan sesuai dengan situasi, kondisi dan lingkungan yang akan dihadapinya.
Pemilihan strategi pembelajaran umumnya bertolak dari.
Kozma dalam Gafur (1989) Secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.
Kriteria pemelihan strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam memilih strategi pembelajaran, yaitu:
1. Berorientasi pada tujuan pembelajaran
2. Pilih teknik pembelajaran sesuai dengan keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki saat bekerja nanti (dihubungkan dengan dunia kerja).
3. Gunakan media pembelajaran yang sebanyak mungkin memberikan rangsangan pada indera peserta didik.
Gerlach dan Ely (1990, him 173) menjelaskan pola umum pemilihan strategi pembelajaran yang akan digambarkan melalui bagan berikut ini: pemilihan strategi pembelajaran yang didasari pada prinsip efisiensi, efektivftas, dan keterlibatan peserta didik.
• Efisiensi
Penggunaan strategi pembelajaran yang tepat dan pemilihan metode yang mendukung tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
• Efektivitas
Pada dasarnya efektivitas ditujukan untuk menjawab pertanyaan seberapajauh tujuan pembe¬lajaran telah dapat dicapai oleh peserta didik. Perlu diingat bahwa strategi yang paling efisien sekalipun tidak otomatis menjadi strategi yang efektif.
• Keterlibatan Peserta Didik
Pada dasamya keterilibatan peserta didik dalam proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh tantangan yang dapat membangkitkan motivasinya dalam pembelajaran.

PELAKSANAAN STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

2.1. PELAKSANAAN STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
Pengertian strategi belajar menurut para ahli :
1. Gerlach dan Ely (1990)
“Strategi belajar merupakan cara-cara yang di pilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu, selanjutnya menjabarkan bahwa strategi belajar di maksud meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik.”
2. Gropperdi dalam Wiryawan dab Noorhadi (1990)
“ Strategi belajar merupakan pemilihan atas jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin di capai.”
3. Kozma dalam Gofur (1989)
“Strategi belajar dapat di artikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.”
4. Dick dan Carey (1990)
“Strategi belajar terdiri atas seluruuh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu.”
5. Kemp (Wina Sanjaya, 2008)
“Mengemukakan bahwa strategi belajar adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.”
Jadi, dari pendapat para ahli di atas dapat di simpulkan bahwa ada dua hal yang patut dicermati dari pengertian-pengertian diatas.
1. Strategi belajar merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini bearti penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan.
2. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu.Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya di arahkan dalam upaya pencapaian tujuan.
Guru sebagai komponen terpenting dari tenaga kependidikan, memiliki tugas untuk melaksanakan tugas pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru diharapkan paham tentang pengertian strategi pembelajaran. Pembelajaran berati upaya membelajarkan siswa (Degeng,1989). Dengan demikian, strategi pembelajaran berarti cara dan seni untuk menggunakan semua sumber belajar dalam upaya membelajarkan siswa.
Penggunaan strategi dalam kegiatan pembelajaran sangat perlu karena untuk mempermudah proses pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Tanpa strategi yang jelas, proses pembelajaran tidak akan terarah sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sulit tercapai secara optimal, dengan kata lain pembelajaran tidak dapat berlangsung secara efektif dan efesien. Strategi pembelajaran sangat berguna, baik bagi guru maupun sisiwa. Bagi guru, strategi dapat dijadikan pedoman dan acuan bertindak yang sistematis dalam pelaksanaan pembelajan. Bagi siswa sebagai pengguna strategi penbelajaran dapat mempermudah proses belajar (mempermudah dan mempercepat memahami isi pembelejaran), karena setiap strategi pembelajaran dirancang untuk mempermudah proses belajar siswa.



A. Konsep Dasar Strategi Belajar Mengajar
Konsep dasar strategi belajar mengajar ini meliputi hal-hal :
1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan perilaku belajar.
2. Menentukan pilihan berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah belajar mengajar, memilih prosedur, metode dan teknik belajar mengajar.
3. Norma dan kriteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar
Strategi dapat diartikan sebagai suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dikaitkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru, murid dalam perwujudan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Menurut Newman dan Mogan, strategi dasar setiap usaha meliputi empat masalah masing-masing yaitu :
a. Pengidentifikasian dan penetapan spesifikasi dan kualifikasi hasil yang harus dicapai dan menjadi sasaran usaha tersebut dengan mempertimbangkan aspirasi masyarakat yang memerlukannya.
b. Pertimbangan dan pemilihan pendekatan utama yang ampuh untuk mencapai sasaran.
c. Pertimbangan dan penetapan langkah-langkah yang ditempuh sejak awal sampai akhir.
d. Pertimbangan dan penetapan tolok ukur dan ukuran baku yang akan digunakan untuk menilai keberhasilan usaha yang dilakukan.

Kalau diterapkan dalam konteks pendidikan, keempat strategi dasar tersebut dapat diterjemahkan menjadi :
a) Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku kepribadian peserta didik yang bagaimana yang diharapkan.
b) Memilih system pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.
c) Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat, efektif, sehingga dapat dijadikan pegangan oleh para guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.
d) Menetapkan norma-norma dan batas-batas minimal keberhasilan atau criteria dan standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar, yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan system instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.

Dari uraian diatas tergambar bahwa ada empat masalah pokok yang sangat penting yang dapat dan harus dijadikan pedoman buat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan yang diharapkan. Pertama, spesisifikasi perubahan tingkah laku yang bagaimana yang diinginkan sebagai hasil belajar mengajar yang dilakukan itu. Dengan kata lain, apa yang harus dijadikan sasaran dari kegiatan belajar mengajar tersebut. Sasaran ini harus dirumuskan secara jelas dan konkrit sehingga mudah dipahami oleh peserta didik. Kedua, memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran. Bagaimana cara kita memandang suatu persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang kita gunakan dalam memecahkan suatu kasus akan mempengaruhi hasilnya. Ketiga, memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif. Metode dan teknik penyajian untuk memotivasi siswa agar dapat mampu menerapkan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan masalah, berbeda dengan cara atau supaya murid-murid terdorong dan mampu berpikir bebas dan cukup keberanian untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Keempat, menetapkan norma-norma atau criteria keberhasilan sehingga guru mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh mana keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya. Suatu program baru bisa diketahui keberhasilannya setelah dilakukan evaluasi. System penilaian dalam kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu strategi yang tidak bias dipisahkan dengan strategi dasar lainnya. Apa yang harus dinilai dan bagaimana penilaian itu harus dilakukan termasuk kemampuan yang harus dimiliki oleh guru. Seorang siswa dapat dikategorikan sebagai murid yang berhasil bisa dilihat dari segi kerajinannya mengikuti tatap muka dengan guru, perilaku sehari-hari di sekolah, hasil ulangan, hubungan social, dan lainnya.

B. Pelaksanaan Strategi Belajar Mengajar
Secara umum ada tiga pokok dalam strategi mengajar, yakni tahap permulaan (prainstruksional), tahap pengajaran (instruksional), dan tahap penilaian serta tindak lanjut.
a) Tahap Prainstruksional
Tahap prainstruksional adalah tahapan yang ditempuh guru pada saat ia memulai proses belajar dan mengajar. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru atau siswa pada tahapan ini :
 Guru menanyakan kehadiran siswa, dan mencatat siapa yang tidak hadir. Kiranya tidak perlu diabsensi satu persatu, cukup ditanya yang tidak hadir saja dengan alasannya. Kehadiran siswa dalam pengajaran, dapat dijadikan sebagai suatu tolok ukur kemampuan guru mengajar. Tidak selalu ketidakhadiran siswa, disebabkan kondisi siswa yang bersangkutan (sakit, malas, bolos, dll), tetapi bisa juga terjadi karena pengajaran dari guru yang tidak menyenangkan, sikapnya tidak disukai siswa atau karena tindakan guru pada waktu mengajar sebelumnya dianggap merugikan siswa (penilaian tidak adil, memberikan hukuman yang menyebabkan frustasi, rendah diri, dll).
 Bertanya kepada siswa, sampai dimana pembahasan pelajaran sebelumnya. Hal ini bukan soal guru sudah lupa, tapi menguji dan mengecek kembali ingatan siswa terhadap bahan yang telah dipelajarinya. Dengan demikian guru mengetahui ada tidaknya kebiasaan belajar siswa di rumahnya sendiri, setidak-tidaknya kesiapan siswa menghadapi pelajaran hari itu.
 Mengajukan pertanyaan siswa di kelas, atau siswa tertentu tentang bahan pelajaran yang diberikan sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sampai dimana pemahaman materi yang telah diberikan, apakah tahan lama diingat atau tidak.
 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum dikuasainya dari pelajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya.
 Mengulang kembali bahan pelajaran yang lalu secara singkat tetapi mencakup semua bahan aspek yang telah dibahas sebelumnya. Hal ini dilakukan sebagai dasar bagi pelajaran yang akan dibahas hari berikutnya nanti, sebagai usaha dalam menciptakan kondisi belajar siswa.
Tujuan tahapan ini, pada hakikatnya adalah mengunkapkan kembali tanggapan siswa terhadap bahan yang telah diterimanya, dan menumbuhkan kondisi belajar dalam hubungannya dengan pelajaran hari itu. Tahap prainstruksional dalam strategi mengajar mirip dengan tahap pemanasan dalam olahraga. Kegiatan ini akan mempengaruhi keberhasilan siswa. Seperti seorang pemain bulu tangkis, melakukan pukulan pemanasan sebelum ia bermain yang sebenarnya. Oleh karena itu tak pernah terjadi seorang pemain langsung bertanding tanpa melakukan pukulan pemanasan.



b) Tahap Instruksional
Tahap instruksional adalah tahap pengajaran atau tahap inti, yakni tahapan memberikan bahan pelajaran yang telah disusun guru sebelumnya. Secara umum dapat diidentifikasi beberapa kegiatan sebagai berikut :
 Menjelaskan pada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai siswa. Informasi tujuan penting diberikan kepada siswa, sebab tujuan tersebut untuk siswa dan harus dicapai setelah pengajarann selesai. Berdasarkan pengamatan masih banyak guru yang tidak melaksanakan ini, sebaiknya tujuan tersebut ditulis secara ringkas didepan papan tulis sehingga dapat dibaca dan dapat dipahami oleh siswa.
 Menuliskan pokok materi yang akan dibahas hari itu yang diambil dari buku sumber yang telah disiapkan sebelumnya. Sudah barang tentu materi tersebut sesuai silabus dan tujuan pengajaran, sebab materi bersumber dari tujuan.
 Membahas pokok materi yang telah dituliskan tadi. Dalam pembahasan materi itu dapat ditempuh dua cara, yakni : pertama, pembahasan dimulai dari gambaran umum materi pengajaran menuju kepada topic secara lebih khusus. Kedua, dimulai dari topic khusus menuju topic umum. Mana cara yang paling baiok untuk melakukannya bergantung pada guru masing-masing. Namun demikian, cara pertama diduga akan lebih efektif sebab siswa diberikan gambaran keseluruhan materi, sehingga siswa tahu arah bahan pengajaran yang akan dibahas selanjutnya. Pembahasan tidak harus oleh guru tetapi lebih baik lagi dibahas oleh siswa.
 Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan contoh-contoh konkrit. Demikian pula siswa harus diberikan pertanyaan atau tugas, untuk mengetahui tingkat pemahaman dari setiap pokok materi yang telah dibahas. Dengan demikian nilai pengajaran tidak hanya pada akhir pelajaran saja, tetapi juga pada saat pengajaran berlangsung. Jika ternyata siswa belum memahaminya, maka guru mengulang kembali pokok materi tadi sebelum melanjutkan pada pokok materi berikutnya. Demikian seterusnya sampai semua pokok materi yang telah ditulis tadi selesai dihahas. Harus diperhatikan bahwa siswa harus banyak terlibat dalam membahas pokok materi.
 Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan setiap pokok materi yang sangat diperlukan. Alat bantu seperti alat peraga grafis, model atau alat peraga yang diproyeksikan (kalau ada) sudah barang tentu harus sudah disiapkan sebelumnya. Alat ini digunakan dalam empat fase kegiatan : a) Pada waktu guru menjelaskan kepada siswa, b) Pada waktu guru menjawab pertanyaan siswa, sehingga jawaban lebih jelas, c) Pada waktu guru mengajukan pertanyaan kepada siswa atau pada waktu memberi tugas kepada siswa, dan d) Digunakan siswa pada waktu ia mengerjakan tugas yang diberikan guru dan pada waktun siswa melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian alat peraga tersebut dapat digunakan oleh guru dan oleh siswa.
 Menyimpulkan hasil pembahasan dari pokok materi. Kesimpulan ini dibuat oleh guru dan sebaiknya pokok-pokoknya ditulis dipapan tulis untuk dicatat siswa. Kesimpulan dapat pula dibuat guru bersama-sama siswa, bahkan kalau mungkin diserahkan sepenuhnya kepada siswa. Pada kegiatan ini siswa diberi waktu untuk mencatat kesimpulan pelajaran bertanya kepada temen-temannya, atau mendiskusikannya dalam kelompok. Harus diperhatikan bahwa kegiatan yang ditempuh dalam tahapan instruksional, sebaiknya dititikberatkan pada siswa yang harus lebih aktif melakukan kegiatan belajar. Untuk itu maka haruslah dipilih pendekatan mengajar yang berorientasi kepada cara belajar siswa aktif.

c) Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut
Tahapan yang ketiga atau yang terakhir dari strategi menggunakan model mengajar adalah tahap evaluasi atau penilaian dan tindak lanjut dalam kegiatan pembelajaran. Tujuan tahapan ini, ialah untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari tahapan kedua (instruksional), kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini antara lain :
 Mengajukan pertanyaan kepada kelas, atau kepada beberapa siswa, mengenai semua pokok materi yang telah dibahas pada tahapan kedua. Pertanyaan yang diajukan bersumber dari bahan pengajaran. Pertanyaan dapat diajukan kepada siswa secara lisan maupun secara tertulis. Pertanyaan ini disebut post test. Berhasil tidaknya tahapan kedua, dapat dilihat dari dapat/tidaknya siswa menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Salah satu patokan yang dapat digunakan adalah apabila kiri-kira 70% dari jumlah siswa di kelas tersebut dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan, maka proses pengajaran (tahapan kedua) dikatakan berhasil.
 Apabila pertanyaan yang diajukan belum dapat dijawab oleh siswa kurang dari 70%, maka guru harus mengulang kembali materi yang belum dikuasai siswa. teknik pembahasan bisa ditempuh dengan berbagai cara, yakni : (1) menguasai untuk menjelaskannya pada kegiatan terjadwal , (2) diadakan diskusi kelompok membahas pokok materi yang belum dikuasai, dan (3) memberikan tugas pekerjaan rumah, yang berhubungan dengan pokok materi yang belum dikuasai melalui kegiatan mandiri. Cara mana yamg dipilih diserahkan sepenuhnya kepada guru.
 Untuk memperkaya pengetahuan siswa, materi yang dibahas, guru dapat memberikan tugas/pekerjaan rumah yang ada hubungannya dengan topic atau pokok materi yang telah dibahas. Misalnya, tugas memecahkan masalah, menulis karangan atau makalah, membuat kliping dari koran dan lain-lain yang erat huibungannya dengan bahann yang telah dibahas.
 Akhiri pelajaran dengan menjelaskan atau member tahu pokok materi yang akan dibahas pada pelajaran berikutnya. Informasi ini perlu agar siswa dapat mempelajari bahan tersebut dari sumber-sumber yang dimilikinya.

Ketiga tahap yang telah dibahas diatas, merupakan satu rangkaian kegiatan yang terpadu, tidak terpisahkan satu sama lain. Guru dituntut untuk mampu dan dapat mengatur waktu dan kegiatan secara fleksibel, sehingga ketiga rangkaian tersebut diterima oleh siswa secara utuh. Disinilah letak keterampilan professional dari seorang guru dalam melaksanakann strategi mengajar. Kemampuan mengajar seperti dilukiskan dalam uraian diatas secara teoritis mudah dikuasai, namun dalam prakteknya tidak semudah seperti digambarkan. Hanya dengan latihan dan kebiasaan yang terencana, kemampuan itu dapat diperoleh.


2.2. FAKTOR – FAKTOR YANG MENDUKUNG DAN MENGHAMBAT DALAM STRATEGI PEMBELAJARAN

1. Guru
Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru merupakan faktor utama yang menunjang keberasilan belajar siswa. Penguasaan dan keterampilan guru dalam menguasai materi pembelejaran dan strategi pembelajaran tidak menjadi jaminan untuk mampu meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal. Hal yang terpenting yang harus diperhatikan dalam perumusan strategi pembelajaran adalah menetapkan strategi pembel;ajaran yang cocok untuk praktik dengan strategi proyek. Dengan demikian, strategi pengorganisasian, strategi penyampaian, dan strategi pengelolaan pembelajaran harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan setiap jenis pekerjaan yang ada.
Secara umum ada beberapa variable yang berpengaruh dalam keberhasilan pelaksanaan strategi pembelajaran oleh guru, antara lain :
 Kemampuan guru dalam membuka pelajaran. Dalam setiap memulai pelajaran guru harus menjelaskan tujuan / kompetensi yang ingin dicapai, dan manfaatnya bagi kehidupan siswa. Pada tahap ini guru harus mampu mengaitkan isi pembelajaran yang akan dibahas dengan pembelajaran terdahulu yang telah dipelajari siswa. Proses mengaitkan dan menghubungkan pengetahuan awal yang dimiliki siswa dengan isi pembelajaran yang akan dibahas sangat membantu dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.
 Kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan inti pembelajaran. Kegiatan inti pembelajaran adalah kegiatan yang sangat berpengaruh meningkatkan hasil belajar siswa. Guna mengetahui kemampuan guru dalam menerapkan strategi pembelajaran, maka pertanyaan berikut dapat dijadikan indicator tentang tingkat keberasilan guru antara lain :
- Apakah strategi pembelajaran yang digunakan mampu merangsang dan mendorong siswa aktif mengalami dan melaksanakan aktifitas pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
- Apakah strategi yang digukan guru mendorong dan melibatkan siswa untuk bekerja sama dengan siswa lainnya
- Apakah strategi yang digunakan guru mampu mendorong siswa untuk mengeksplorasi dan memperkuas pemahaman siswa
- Apakah strategi yang digukan guru mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
 Kemampuan guru melakukan penilaian pembelajaran. Untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai kompetensi yang telah ditetapkan maka seorang guru dituntut untuk mengadakan penilaian. Guna mengetahui kemampuan guru melakukan penilaian pembelajaran, pertanyaan berikut dapat dilakukan indicator penilaiannya.
- Apakah guru mendorong siswa untuk mengungkapkan dan menyimpulkan apa yang telah dipelajarinya.
- Apakah guru melakukan penilaian dengan alat yang sesuai dengan kompetensi dan kinerja yang jelas.
- Apakah guru memberikan kesempatan pada siswa melakukan penilaian diri sendiri (self assessment) dan atau penilaian antar teman (peer assessment)
- Apakah guru menggunakan assessment authentic dalam proses pembelajaran
 Kemampuan guru menutup pelajaran. Keterampilan menutup pembelajaran sangat penting bagi seorang guru. Pada akhir pembelajaran guru sering menutup pelajaran hanya dengan menyatakan bahwa pelajaran sudah berakhir. Menutup proses pembelajaran bukan sekedar mengeluarkan pernyataan bahwa pelajaran sudah berakhir. Untuk mengetahui kemampuan guru dalam proses penutupan pembelajaran, pertanyaan berikut dapat dijadikan indicator penilaiannya.
- Apakah guru memberikan umpan balik dan atau kesimpulan terhadap materi yang diajarkan
- Dalam memberikan umpan balik dan atau kesimpulan apakah guru telah menghubungkan isi pembelajaran den berkembang dengan isu-isu dan teknologi yang berkembang dimasyarakat.
- Apakah guru memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah
- Dalam member tugas apakah guru telah mengembangkan masalah-masalah baru untuk pengembangan konsep yang sudah dikuasai siswa.
- Apakah guru melakukan pemantapan terhadap perolehan belajar siswa.
 Factor penunjang. Disamping variable-variabel seperti yang telah dijelaskan diatas, masih ada beberapa factor yang mempengaruhi kemampuan guru dalam menerapkan suatu strategi pembelajaran. Adapun factor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut :
- Kemampuan guru menggunakan bahasa secara jelas dan mudah dipahami siswa.
- Sikap yang baik, santun, dan menghargai siswa.
- Kemampuan mengorganisasi waktu yang sesuai dengan alokasi yang disediakan.
- Cara berbusana dan berdandan yang sopan sesuai dengan norma yang berlaku.

2. Siswa
Karakteristik siswa berhubungan dengan aspek-aspek yang melekat pada diri siswa. seperti motivasi, bakat, minat, kemampuan awal, gaya belajar, kepribadian, dan sebagainya.
Karakteristik siswa yang paling kompleks tersebut harus juga dijadikan pijakan dasar dalam menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan. Tanpa mempertimbangkan karakteristik siswa tersebut, maka penerapan strategi pembelajaran tertentu tidak bisa mencapai hasil belajar secara maksimal. Misalnya, siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi, tentu membutuhkan strategi yang berbeda dalam pembelajaran. Demikian pula siswa yang memilki gaya belajar visual dan siswa yang memiliki gaya belajar kinestetiik, tentu tidak bisa disamakan dalam proses penerapan strategi pembelajaran. Oleh karena itu, seorang guru hendaknya betul-betul memahami karakteristik siswa yang mengikuti proses pembelajaran.
Beberapa aspek yang harus diperhatikan oleh guru ketika akan menerapkan strategi pembelajaran, antara lain :
• Kecerdasan dan bakat khusus
• Prestasi sejak permulaan sekolah
• Perkembangan jasmani dan kesehatan
• Kecenderungan emosi dan karakternya
• Sikap dan minat belajar
• Cita – cita
• Kebiasaan belajar dan bekerja
• Hobi dan penggunaan waktu senggang
• Hubungan sosial di sekolah dan di rumah
• Latar belakang keluarga
• Lingkungan tempat tinggal
• Sifat – sifat khusus dan kesulitan belajar anak didik

Usaha untuk memahami anak didik ini bisa dilakukan melalui evaluasi selain itu guru mempunyai keharusan melaporkan perkembangan hasil belajar para siswa kepada kepala sekolah, orang tua, serta instansi yang terkait.

3. Media Belajar
Media pembelajaran adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 1990). Sedangkan AECT (1977) menyatakan media sebagai bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. Ketersediaan sumber / media belajar, baik berupa manusia atau non manusia (hard ware dan soft ware), sangat mempengaruhi proses pembelajaran.
Menurut Martin dan Briggs (1986), media adalah semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan siswa. Media bisa berupa perangkat keras seperti computer, televise, proyektor, dan perangkat lunak yang digunakan pada perangkat keras tersebut.
Leshin, Pollock dan Reigeluth (1992), mengklasifikasikan media kedalam lima kelompok, yaitu (1) media berbasis manusia (pengajar, instruktur, tutor, bermain peran, kegiatan kelompok field trip), (2) media berbasis cetak (buku, buku latihan, work book, dan modul), (3) media berbasis siswa (buku, bagan, grafik, peta, gambar, transparansi, slip), (4) media berbasis audio visual (video, film, program slide tape, televise), (5) media berbasis computer (pengajaran dengan bantuan computer, interaktif video, hypertext).
Menurut Degeng (1989), ada lima cara untuk mengklasifikasikan media pembelajaran untuk keperluan mengdeskripsikan strategi penyampaian, yaitu (1) tingkat kecermatan representasi, (2) tingkat interaktif yang ditimbulkan, (3) tingkat kemampuan khusus yang dimiliki, (4) tingkat motivasi yang mampu ditimbulkan, dan (5) tingkat biaya yang diperlukan.
Beberapa hasil penelitian menyimpulkan bahwa ketersediaan sumber belajar sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Terkait penerapan strategi pembelajaran bahwa setiap strategi pembelajaran digunakan untuk materi/ isi pembelajaran tertentu, dan juga membutuhkan media/ sumber belajar tertentu. Tanpa adanya sumber belajar yang memadai amat sulit bagi seorang guru untuk melaksanakan proses pembelajaran. Mengingat begitu pentingnya keberadaan sumber belajar, maka setiap guru sudah seharusnya memiliki kemampuan dalam mengembangkan sumber belajar/ media pembelajaran.
Untuk pengembangan media pembelajaran diperlukan prosedur-prosedur tertentu yang sesuai dengan jenis kemampuan yang ingin dicapai, struktur isi dan studi serta memenuhi criteria umum yang berlaku bagi pengembangan produk-produk pembelajaran.
Perumusan tujuan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam pembelajaran. Tujuan dapat memberi arah kepada proses pembelajaran yang dilakukan, dan tujuan pembelajaran dapat dijadikan acuan dalam mengukur apakah tindakan kita betul atau salah. Dalam pengembangan media pembelajaran, tujuan harus dijadikan pijakan dalam proses pengembangan. Media yang dikembangkan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Media pendidikan lazim disebut sebagai alat – alat belajar atau mengajar. Strategi yang tepat untuk bahan pelajaran tertentu dapat lebih efektif jika disertai dengan media pendidikan yang tepat pula. Pada dasarnya sesuai dengan perkembangan siswa sebagai anak, pengajaran lebih mengutamakan sifat konkrit, sehingga alat mengajarpun dimulai pemilihannya dari sifat pembelajaran.
Pendidikan yang disertai dengan media yang tepat, selain memudahkan siswa dalam mengalami, memahami, mengertai, dan melakukan juga menimbulkan motivasi yang lebih kuat ketimbang semata – mata dengan menggunakan kata – kata yang abstrak. Dalam merencanakan pengajaran, disamping menentukan media yang akan digunakan, juga menetapkan alat pengajaran yang akan dipakai.

4. Lingkungan
Lingkungan sekolah yang kondusif merupakan salah satu factor penunjang keberhasilan strategi belajar mengajar yang akan diterapkan oleh seorang guru.
1. Faktor Keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa:
• Cara orang tua mendidik
• Relasi antara anggota keluarga
• Suasana rumah tangga
• Keadaan ekonomi keluarga

2. Factor Sekolah
Factor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup :
• Metode Mengajar
• Kurikulum
• Relasi guru dengan siswa
• Relasi siswa dengan siswa
• Disiplin sekolah
• Pelajaran dan waktu sekolah
• Standar pelajaran
• Keadaan gedung
• Metode belajar
• Tugas rumah
3. Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan factor ekstern yang juga pengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. Hal ini mencakup :
• Kegiatan siswa dalam masyarakat
• Mass media
• Teman bergaul
• Bentuk kehidupan masyarakat





2.3. UPAYA-UPAYA UNTUK MENGATASI PERMASALAHAN DALAM MENERAPKAN STRATEGI PEMBELAJARAN
Masalah-masalah yang sering ditemui dilapangan dalam proses belajar mangajar yaitu :
 Sikap terhadap belajar
Sikap siswa dalam proses belajar, terutama sekali ketika memulai belajar merupakan bagian penting untuk diperhatikan karena aktivitas belajar siswa banyak ditentukan oleh sikap siswa ketika akan memulai kegiatan belajar. Namun, bila lebih dominan sikap menolak sebelum belajar maka siswa cenderung kurang memperhatikan kegiatan belajar.

 Motivasi Belajar
Dalam belajar, kesungguhan dalam menyimak, mengerjakan tugas dan sebagainya umumnya kurang mampu untuk belajar lebih lama, karena kurangnya kesungguhan dalam mengerjakan tugas. Oleh karena itu, rendahnya motivasi merupakan masalah dalam belajar yang memberikan dampak bagi ketercapaiannya hasil belajar yang di harapkan.

 Kosentrasi Belajar
Kesullitan berkonsentrasi merupakan indikator adanya masalah belajar yang dihadapi siswa, karena hal itu akan menjadi kendala didalam mencapai hasi belajar yang diharapkan. Untuk menbantu siswa agar dapat berkonsentrasi dalam belajar tentu memerlukan waktu yang cukup lama, disamping menuntut ketelatenan guru.
 Mengolah Bahan Ajar
Siswa mengalami kesulitan di dalam mengolah bahan, maka berarti ada kendala pembelajaran yang dihadapi siswa yang membutuhkan bantuan guru. Bantuan guru tersebut hendaknya dapat mendorong siswa agar memiliki kemampuan sendiri untuk mengolah bahan belajar, karena konstruksi berarti merupakan suatu proses yang berlangsung secara dinamis.
 Menggali Hasil Belajar
Guru hendaknya berupaya mengaktifkan siswa melalui pemberian tugas, latihan, agar siswa mampu meningkatkan kemampuan dalam mengolah pesanpesan pembelajaran.

 Rasa Percaya Diri
Rasa percaya diri umumnya muncul ketika siswa akan melakukan suatu aktivitas belajar, dimana pikirannya terarah untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan, hal ini merupakan bagian terpisah dari proses belajar, akan tetapi merupakan tanggung jawab yang harus diwujudkan guru bersamaan denngan proses pembelajaran yang dilaksanakan.

 Kebiasaan Belajar
Adalah prilaku belajar seseorang ayng telah tertanam dalam waktu yang relative lama sehingga memberikan cirri dalam aktivitas belajar yang dilakukan seperti :
a) Belajar tidak teratur
b) Daya tahan rendah
c) Belajar hanya menjelang ulangan atau ujian
d) Tidak memiliki catatan yang lengkap
e) Sering terlambat


Upaya-upaya untuk mengatasi permasalahan yang muncul dalam menerapkan strategi pembelajaran :
 Guru dituntut untuk kreatif dalam menciptakan hal-hal yang baru yang mampu menghadirkan suasana yang berbeda ketika proses belajar mengajar
 Guru harus bisa menciptakan situasi yang kondusif ketika proses belajar mengajar berlangsung
 Guru harus bisa memberikan motivasi kepada siswa-siswanya
 Siswa dituntut untuk lebih aktif, kreatif dan inovatif
 Minat dan bakat siswa yang terpendam mampu tersalurkan, sehingga akan muncul ide-ide yang kreatif dan gemilang
 Sekolah harus mampu menyediakan media-media belajar sebagai penunjang dari strategi pembelajaran
 Lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat diharapkan turut mendukung terwujudnya tujuan pembelajaran

MENJELASKAN PENGERTIAN PERTANYAAN

MENJELASKAN PENGERTIAN PERTANYAAN

2.1 Definisi Pertanyaan

Menurut para ahli:
Anthony Robbins
Pertanyaan adalah suatu proses berpikir dan proses berpikir itu adalah suatu proses bertanya dan menjawab, dan orang-orang yang sukses adalah mereka yang selalu bertanya pada dirinya sendiri.
Cullins,Aukai
Pertanyaan adalah sebuah kspresi keingintahuan seseorang akan sebuah informasi yang dituangkan dalam sebuah kalimat Tanya, pertanyaan biasanya diakhiri dengan sebuah tanda Tanya.

Kesimpulan:
Pertanyaan adalah sebuah ilmu dan ditujukan kepada orang lain serta mengharapkan untuk dijawab. Dalam proses bertanya maka disanalah akan terjadi proses berpikir. Atau dengan kata lain Pertanyaan adalah pernyataan seseorang yang ditujukan kepada orang lain serta mengharapkan untuk dijawab.
Kompetensi professional seorang guru perlu dilengkapi dengan keterampilan bertanya karena proses belajar mengajar merupakan interaksi induktif yang didalamnya perlu adanya dialog atau komunikasi antara guru dan siswa. Sedangkan dalam proses berkomunikasi diperlukan adanya keterlibatan intelektual siswa yang dikembangkan dengan berbagai pertanyaan yang diajukan guru.

2.2 Jenis-jenis Pertanyaan.
Ada 5 tipe pertanyaan yaitu:
Apa, untuk menanyakan segala sesuatu yang berkaitan dengan isi atau pembahasan.
Siapa. Untuk menanyakan orang-orang atau pihak yang terlibat
Mengapa. Untuk menanyakan sebab atau alas an terjadinya sesuatu.
Kapan. Untuk menanyakan waktu terjadinya sebuah peristiwa.
Dimana. Untuk menanyakan tempat berlangsungnya sesuatu peristiwa
Bagaimana. Untuk menanyakan cara atau proses pengajaran sesuatu.
Jenis-jenis kalimat Tanya:
Kalimat Tanya kaarifikasi dan konfirmasi.
Klarifikasi (penegasan) dan konfirmasi adalah kalimat Tanya yang disampaikan kepada orang lain untuk tujuan mengukuhkan dan memperjelas persoalan yang sebelumnya telah diketahui oleh penanya.
Kalimat Tanya retoris
Adalah kalimat Tanya yang tidak memerlukan jwaban atau tanggapan langsung. Kalimat ini biasanya digunakan dalam pidato, khotbah, atau orasi.
Kalimat Tanya tersamar
Yaitu kalimat yang mengacu pada berbagai maksud
Kalimat Tanya biasa
Kalimat yang bersifat informasi biasanya menggunakan 5W +1H yaitu :
What (apa)
Menanyakan sesuatu yang berkaitan denngan isi atau pembahasan.
Who (siapa)
Menanyakan orang-orang atauu pihak yang terlibat.
Why (mengapa)
Menanyakan sebab atau alasan terjadinya sesuatu.
When (kapan)
Menanyakan waktu terjadinya sebuah peristiwa.
Where (dimana)
Menannyakan tempat berlangsungnya suatu peristiwa.
How (bagaimana)
Menanyakan cara atau sebuah proses.

2.3 Mengklasifikasikan Pertanyaan pada Bidang Kognitif
Alasan kognitifnya adalah untuk merangsang ingatan memperdalam pengertian, mengembangkan informasi dan menggalakkan penyelesaian masalah.
Secara umum isi pertanyaan-pertanyaan dapat dikategorikan sebagai konseptual, empiris dan terkait niai.
Pertanyaan konseptual adalah pertanyaan yang berkenaan dengan gagasan, definisi dan penalaran
Pertanyaan Empiris adalah pertanyaan yang menuntut jawaban yang didasarkan pada fakta atau pada temuan eksperimental.
Pertanyaan Nilai adalah pertanyaan yang berkenaan dengan manfaat dan kebaikan yang dikaitkan dengn isu moral dan lingkungan.
Adapun hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam bertanya adalah:
Kahangatan dan keantusiasan
Baik pada waktu mengajukan pertanyaan maupun menerima jawaban siswa,sikap, gaya,suara, ekspresi wajah dan sebagainya menampilkan ada tidaknya kehangatan
Klasifikasi pertanyaan:
Ada beberapa jenis pertanyaan yaitu:
Pertanyaan permintaan ( compliance question)
Yaitu pertanyaan yang diharapkan agar siswa mematuhi perintah yang diucapkan dalam bentuk pertanyaan.

Contoh : Sebutkan hukum-hukum aljabar himpunan dan masing-masing berikan contoh sebagai pembuktian ?

Pertanyaan Retoris (Rhetorial Question)
Yaitu pertanyaan yang tidak mengkehendaki jawaban, tetapi dijawab oleh guru sendiri. Hal ini merupakan teknik penyampaian informasi.

Contoh : Apakah benar bahwa bernafas merupakan cirri-ciri dari makhluk hidup ? jelas benar, bahwa setiap makhluk yang dikatakan hidup pasti bernafas.

Pertanyaan Mengarah atau menuntun
Yaitu pertanyaan yang diajukan untuk member arah pada siswa dalam proses berpikirnya. Hal ini dilakukan apabila guru menghendaki agar siswa memperhatikan dengan seksama bagian tertentu atau inti pelajaran yang dianggap penting. Disisi lain ketika siswa tidak dapat menjawab atau salah menjawab, guru mengajukan pertanyaan lanjutan yang akan mengarahkan dan menuntun proses belajar siswa sehingga pada akhirnya siswa dapat menemukan jawaban bagi pertanyaan pertama tadi.

Contoh : jika diketahui z = cos (xy) dan fx (x,y) = cos (xy) = - sin (xy) . y = - y sin (xy), bagaimana dengan fx (x,y) dari z = cos 〖(x〗^2+ xy) ?

Pertanyaan Menggali
Yaitu pertanyaan lanjutan yang akan mendorong siswa untuk lebih mendalami jawabanya terhadap pertanyaan pertama. Dengan pertanyyan menggali ini siswa didorang untuk meningkatkan kuantitas jawaban yang diberikan pada pertanyaan sebelumnya.

Contoh : jika sebuah batu dimasukkan kedalam air apa yang akan terjadi? Mengapa?


Pertanyaan menurut taxonomi Bloom

Pertanyaan Pengetahuan (knowledge question)
Tujuan pertanyaan ini adalah untuk mengungkapkan pengetahuan siswa tentang fakta, kejadian, definisi dan sebagainya.
Pertanyaan ini tidak menuntut siswa berpikir secara mendalam pertanyaan yang meminta jawaban ya atau tidak.
Pertanyaan yang meminta jawaban yang memproduksi satu kata, istilah, kalimat dan sebagainya.
Pertanyaan pemahaman, tujuan pertanyaan ini adalah menuntut siswa untuk mendemonstrasikan bahwa ia telah mengerti dan atau mempunyai pemahaman mengenai suatu hal. Siswa diharapkan dapat menyusun kembali apa yang telah dipelajarinya dengan mempergunakan kata-kata sendiri.

Ada 3 jenis pertanyaan pemahaman yaitu:
Memberikan penjelasan dengan kata-kata sendiri
Menyatakan ide pokok tentang sesuatu dengan kata-kata sendiri
Membandingkan atau membedakan
Contoh: apa yang dimaksud dengan metamorphosis?

Pertanyaan Penerapan
Tujuanya adalah untuk menuntun jawaban siswa dengan menggunakan informasi yang telah dipelajari. Menempatkan siswa dengan situasi pemecahan masalah yang menggunakan pengetahuan yang telah dipelajari.

Contoh: jadi berdasarkan contoh sebelumnya bisa kita ambil kesimpulan bahwa definisi dari metamorphosis adalah?



Pertanyaan Analisis
Tuuanya adalah menuntun siswa untuk berpikir kritis dan mendalam. Pertanyaan ini tidak mempunyai satu jawaban yang benar tetapi mempunyai banyak alternative jawaban. Pertanyaan ini menuntut siswa terlibat dalam tiga pro kognitif yaitu:
Mengenal motif, alasan, atau sebab dari kejadian tertentu
Mempertimbangkan dan menganalisa informasi yang tersedia agar terdapat suatu kesimpulan berdasarkan informasi tadi.
Menganalisis kesimpulan untuk mencari atau menemukan bukti yang menunjang/menangkalkesimpulan.
Kata-kata yang sering digunakan dalam pertanyaan analisis adalah
Tunjukan motif/sebeb……
Berikanlah bukti-bukti bahwa……….
Analisislah…………

Contoh: analisislah apa yang akan terjadi jika air laut dimasukkan kedalam sel makhluk hidup?

Pertanyaan Sintesis
Tujun pertanyaan ini adalah mengharuskan siswa berpikir orisinil dan kreatif dalam memberikan jawabannya dan dapat mengembangkan daya kreatif siswa serta meningkatkan daya penalaran.
Ada 3 tipe pertanyaan ini yaitu:
Meminta siswa untuk membuat ramalan atau prediksi
Meminta siswa untuk mengungkapkan idea tau bayangan pikiran
Meminta siswa untuk memecahkan masalah.
Beberapa kata yang sering kita jumpai dalam pertanyaan ini adalah:
Bagaimana kita dapat…………
Apakah yang akan terjadi bila………….
Contoh: Apakah yang terjadi bila penipisan ozon berlangsung secara terus menerus?


Pertanyaan Evaluasi
Pertanyaan ini merupakan proses berpikir yang paling tinggi sebab menilai hnya mungkin bila fungsi-fungsi kognitif.
Pertanyaan ini terdiri atas 4 kategori yaitu:
Meminta siswa memberikan pendapat.
Meminta siswa memberikan pertimbangan menetapkan penilaian suatu ide.
Meminta siswa untuk menetapkan suatu ketetapan dari berbagai pemecahan masalah
meminta siswa untuk menetapkan karya seni
kata-kata yang sering dipakai dalam pertanyaan ini adalah:
berikanlah pendapat anda…………
mana yang baik………….
Apakah anda setuju………….
Apakah hal itu lebih baik……………….

Contoh: Berikanlah pendapat anda mengenai dampak positif dan negative dari perkembangan alat teknologi pada saat ini?

Kebiasaan yang harus dihindari dalam bertanya yaitu:
Mengulangi pertanyaan sendiri
Sebelum siswa dapat berpikir maksimal terhadap pertanyaan, guru mengulangi pertanyaan kembali akibatnya siswa tidak dapat berkosentrasi.
Mengulangi jawaban siswa
Menyebabkan waktu terbuang, siswa tidak mendengar jawaban dari temannya yang lain karena guru akan menjelaskannya.
Menjawab pertanyaan sendiri
Pertanyaan dijawab guru seblum siswa mendapat kesempatan cukup untuk memikirkan jawabanya sehingga anak beranggapan tidak perlu meemikirkan jawaban karena guru kan jawaban memikirkan jawabannya.
Pertanyaan yang sering memancing jawaban serentak
Contohnya apa ibu kota RI?
Akibatnya guru tidak dapat mengetahui dengan pasti siapa yang benar dan menuntut kemungkinan terjadi interaksi selanjutnya.
Pertanyaan Ganda
Contoh: siapa pemimpin orang Belanda yang pertama datang ke Indonesia, megapa mereka datang, dan apa akibat mereka itu bagi bangsa Indonesia?
Hal ini akan mematahkan semangat siswaa yang hanya sanggup menyelesaikansatu dari semua tugas itu.
Menentukan siswa tertentu untuk menjawabnya akibatnya anak yang ditunjuk tidak memikirkan jawabannya.

Ciri-ciri pertanyaan yang baik.
Kalimatnya singkat dan jelas
Tujuannya jelas
Setiappertanyaan hanya satu masalah
Mendorong anak untuk berpikir kritis
Jawaban yang diharapkan bukan sekedar ya atau tidak
Bahasa dalam pertanyaan dikenal baik oleh siswa
Tidak menimbulkan tafsiran ganda
Pentingnya bertanya dalam belajar mengajar:
Menurut pendapat Bloom bahwa kedudukan dari bertanya adalah
Jantung strategi belajar yang efektif terletak pada pertanyaan yang diajukan guru
Dari sekian banyak metode pengajaran, yang paling banyak dipakai adalah bertanya.
Bertanya adalah salah satu teknik yang palinh tua dan paling baik
Mengajar adalah bertanya
Pertanyaan adalah unsure utama dalam strategi pengajaran, merupakan kunci permainan bahasa dalam pengajaran

2.4 Tujuan atau Fungsi dari Pengajaran
Tujuan utama atau fungsi pertanyaan adalah:
Meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar
Meningkatkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadapmasalah yang ingin dibahas
Meminta siswa berfikir dan mengembangkan pola fikirnya.
Membimbing dan menuntunproses berpikir siswa
Memusatkan perhatian siswa terhadap konsep yang sedang dibicarakan
Tujuan khusus atau fungsi khusus dari pertanyaan adalah:
Memulai pelajaran
Menciptakan kondisi belajar
Memberikan motivasi
Mengarahkan pengajaran
Mendiagnosa
Melihat proses
Mengundang siswa untuk bertanya
Menilai guru
Mengevaluasi siswa
Memulai siswa untuk berdiskusi
Menegur siswa yang mengganggu kegiatan belajar mengajar



MENJELASKAN MACAM – MACAM BENTUK PERTANYAAN
1. Pengertian Pertanyaan
Pertanyaan adalah sebuah ekspresi keingin tahuan seseorang akan sebuah informasi yang dituangkan dalam sebuah kalimat tanya.Pertanyaan biasanya akan diakhiri dengan sebuah tanda tanya.
2. Menyebutkan macam – macam pertanyaan
Bentuk-bentuk Pertanyaan :
Ditinjau dari segi luas sempitnya alternatif jawaban benar, maka bentuk pertanyaan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni bentuk pertanyaan tertutup( convergen ) dan bentuk pertanyaan terbuka (divergen).
a. Bentuk Pertanyaan Tertutup (close-ended question)
Pengertian Pertanyaan Tertutup.
Menurut ( Heimemann , 2008 ) pada soal tertutup prosedur yang digunakan untuk menyelesikannya sudah tertentu, dan soal ini hanya memiliki satu jawaban yang benar. Sedangkan menurut Yenni Dian Anggraini, S.Pd. M.Pd mengatakan bahwa jenis soal close-ended question atau soal dengan jawaban tunggal sering diberikan oleh guru dalam proses pembelajaran dan soal jenis ini juga banyak terdapat didalam buku-buku paket. Pada materi statistik paa tingkat sekolah menengah misalnya, siswa hanya diminta mencari rata-rata, median atau modus suatu data.
Jadi , pertanyaan tertutup hanya memerlukan satu atau beberapa jawaban terbatas atau tertentu dan biasanya langsung tertuju pada suatu kesimpulan.

Kelebihan Petanyaan Terutup :
1. Memudahkan guru dalam penilaian, karena hanya satu jawaban yang benar.
2. Membutuhkan waktu yang lebih singkat dalam memberikan jawaban.
3. Pertanyaan tertutup akan lebih menyenangkan dan menarik dalam menyelesaikannya.


Kelemahan Pertanyaan Tertutup :
1. Siswa menjadi pasif dalam proses pembelajaran.
2. Ide-ide yang terpendam dari diri siswa tidak dapat disalurkan.
3. Siswa menjadi kurang kreatif.

b. Bentuk pertanyaan terbuka (open-ended question)
Pengertian pertanyaan Terbuka
Menurut Becker dan Shigeru (Inprashita, 2008), pendekatan open-ended pada
awalnya dikembangkan di Jepang pada tahun 1970-an. Antara tahun 1971 dan 1976,
peneliti-peneliti Jepang melakukan proyek penelitian pengembangan metode evaluasi
keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam pendidikan matematika dengan
menggunakan pertanyaan atau masalah terbuka (open-ended) sebagai tema. Meskipun pada mulanya pengembangan soal terbuka dimaksudkan untuk mengevaluasi keterampilan berpikir tingkat tinggi, tetapi selanjutnya disadari bahwa pembelajaran matematika yang menggunakan soal terbuka mempunyai potensi yang kaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Menurut Takahashi (2006), soal terbuka (open-ended problem) adalah soal
yang mempunyai banyak solusi atau strategi penyelesaian. Sedangkan menurut
Syaban (2008), dipandang dari strategi bagaimana materi pelajaran disampaikan,
pada prinsipnya pembelajaran dengan memanfaatkan soal terbuka dapat dipandang
sebagai pembelajaran berbasis masalah, yaitu suatu pembelajaran yang dalam prosesnya dimulai dengan memberi suatu masalah kepada siswa.
pengertian pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang mempunyai banyak solusi atau strategi penyelesain sehingga mempunyai potensi yang kaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pada siswa.
Jadi, pertanyaan terbuka memerlukan sejumlah jawaban atau beberapa kemungkinan jawaban benar yang lebih luas dan tidak terbatas seperti pada pertanyaan tertutup.Pertanyaan terbuka memerlukan pemikiran yang lebih kritis dan kreatif. Bentuk pertanyaan dilihat dari cara pengajuan pertanyaan yang sesuai dengan kondisi siswa dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni pertanyaan rederecting dan pertanyaan Probing.

a) Bentuk pertanyaan Redirecting
Bentuk pertanyaan ini sifatnya mengajak seluruh siswa untuk memikirkan jawaban atas suatu pertanyaan yang dilontarkan dikelas.

b) Bentuk pertanyaan Divergen
Dalam pertanyaan probing. Beberapa pertanyaan diberikan secara beruntun kepada seorang siswa dengan tujuan memperjelas arah jawaban yang diharapkan.Dalam mengembangkan keterampilan proses mental selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, sering melibatkan keterampilan bertanya. Ditinjau dari aspek keterampilan proses tersebut dapat dibedakan tujuh bentuk pertanyaan, yakni pertanyaan mengamati, pertanyaan mengklasifikasi, pertanyaan mengkomunikasikan, pertanyaan menyimpulkan, pertanyaan hipotesis, pertanyaan eksperimental, dan pertanyaanpengukuran.
Aspek keterbukaan dalam pertanyaan terbuka dapat diklasifikasikan ke dalam tiga tipe, yaitu:
1) Terbuka proses penyelesaiannya, yakni soal itu memiliki beragam cara
Penyelesaian.
2) Terbuka hasil akhirnya, yakni soal itu memiliki banyak jawab yang benar.
3) Terbuka pengembangan lanjutannya, yakni ketika siswa telah menyelesaikan suatu, selanjutnya mereka dapat mengembangkan soal baru dengan mengubah syarat atau kondisi pada soal yang telah diselesaikan.
Kelebihan Pertanyaan Terbuka :
1. Guru bertugas sebagai fasilisator dalam menyelesaikan soal.
2. Siswa akan menjadi lebih aktif dalam mencari alternatif jawaban.
3. Mempunyai potensi yang kaya untuk meningkatkan kualitas siswa.
4. Siswa mempunyaikesempatan yang lebih untuk mengembangkan kemampuan penalaran pada siswa.
Kelemahan Pertanyaan Terbuka :
1. Guru kesulitan dalam proses penilaian terhadap jawaban siswa yang tidak tunggal, karena banyaknya jawaban siswa yang muncul.
2. Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengoreksi hasil evaluasi siswa.
3. Soal sulit untuk dihafalkan dan membosankan.
Berikut diberikan ilustrasi dua pertanyaan untuk membedakan antara pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka.
1) Gedung bioskop Plaza 27 mencatat penjualan tiket film Laskar Pelangi selama tiga hari berturut-turut adalah 457 lembar, 446 lembar, dan 475 lembar. Hitung banyak tiket yang terjual selama tiga hari tersebut.
2) Susunlah sebuah data yang rata-ratanya lebih dari mediannya dan jangkauannya adalah 7.
Keterangan Soal :
1) Merupakan pertanyaan tertutup dan bukan masalah terbuka karena prosedur yang digunakan untuk menentukan penyelesaiannya sudah tertentu yakni hanya menjumlahkan ketiga bilangan yang terdapat pada soal. Soal ini juga hanya memiliki satu jawaban yang benar. Sedangkan pertanyaan
2) Merupakan pertanyaan terbuka (open-endedproblem). Soal ini juga dikategorikan sebagai soal non-rutin. Keterbukaan soal ini meliputi keterbukaan proses, keterbuka hasil akhir, dan keterbukaan pengembangan lanjutan. Soal ini dikategorikan sebagai soal non-rutin karena tidak memiliki prosedur tertentu untuk menjawabnya.

3. Memberi Contoh Pertanyaan Tertutup Pada Pembelajaran Matematika

• Dari bilangan -bilangan berikut, manakah yang merupakan bilangan prima?
7, 57, 67, 117
• Tentukan tiga suku berikutnya pada barisan berikut 1, 4, 7, 10, 13, ..., ..., …
• Tentukan KPK dari 18 dan 24...........
Pendapatan suatu toko asesoris pakaian dalam satu minggu adalah sebagai berikutHari Senin Rp. 5.575.000,-, hari Selasa Rp. 3.050.000,-, hari Rabu Rp. 4.500.000,-, hari Kamis Rp. 2.775.000,-, hari Jum’at Rp. 5.600.000,-, hari Sabtu 6.500.000,- dan hari Minggu Rp. 7.775.000,

Pertanyaan:
a) berapakah pendapatan terendah dan tertinggi dalam satu minggu?
b) berapakah rata-rata pendapatan toko tersebut selama satu minggu?

4. Memberi contoh pertanyaan terbuka pada pembelajaran matematika
• Apa tujuan – tujuan terenting departemen anda?
• Gambarkan proses monitoring yang tersedia secara online?
• Menurut Fred 57 dan 67 adalah bilangan prima karena keduanya mempunyai satuan 7,yang merupakan bilangan prima. Dick tidak setuju dengan Fred. Siapakah yang benar? Mengapa?
• Perhatikan barisan berikut.
1, 4, 7, 10, 13, ..., ..., …
Apakah 100 merupakan suku barisan
itu? Jelaskan jawabanmu
Pendapatan suatu toko asesoris pakaian dalam satu minggu adalah sebagai berikut:
Hari Senin Rp. 5.575.000,-, hari Selasa Rp. 3.050.000,-, hari Rabu Rp. 4.500.000,-, hari Kamis Rp. 2.775.000,-, hari Jum’at Rp. 5.600.000,-, hari Sabtu 6.500.000,- dan hari Minggu Rp. 7.775.000,-.s
Pertanyaan :
a) pada hari apa pendapatan di toko tersebut paling rendah? dan pada hari apa pendapatannya paling tinggi?
b) berdasarkan jawaban pada soal (a) menurut Anda apa yang menjadi penyebabnya?
c) menurut Anda bagaimana cara menyajikan data yang baik dan benar agar pemilik toko dapat membaca serta menganalisis pendapatannya dalam satu minggu tersebut dengan mudah? Berikanlah penjelasan pada semua jawaban Anda.


Memodifikasi Soal Tertutup
Soal Tetutup Soal Terbuka
• Berikan contoh pecahan-pecahan yang hasilnya 2/3 • Apakah 12/18 senilai dengan 2/3? Mengapa?
• Mengapa 9/12 tidak senilai dengan 2/3?

PENGAJARAN INDIVIDUAL DAN KLASIKAL

PENGAJARAN INDIVIDUAL
2.1 Pengertian Pengajaran Individual
Pengajaran Individual adalah kegiatan mengajar pembelajaran yang menitik beratkan bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing individual. Pengajaran individual tidaklah berarti bahwa pengajaran harus berdasarkan atas jalannya satu orang guru dengan satu orang murid akan tetapi pengajaran berjalan secara bersama dan guru harus memberikan pelayanan yang berbeda setiap anak sesuai dengan perbedaan-perbedaan individual siswa. Dengan demikian individual merupakan usaha melengkapi kondisi belajar yang optimum bagi setiap individual.
Walaupun setiap guru hanya menghadapi satu orang murid, karena ketidak mungkinan guru mengetahui dengan tepat kebutuhan individual murid dan memberikan perlengkapan sesuai dengan kebutuhannya. Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna sehingga sering kali orang merasa bingung untuk membedakannya, istilah-istilah tersebut yaitu :
1. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya menguatkan, mewadahi dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Dilihat dari pendekatan, yaitu:
a) Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa.
b) Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru.
2. Strategi Pembelajaran
Stratgi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efesien. Dari pendekatan pembelajaran yang telah diterapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran ada 4 unsur strategi dari setiap usaha yaitu :
a) Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi kualifikasi hasil dan sasaran yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya. Tujuan pembelajaran yakni perubahan propel prilaku dan pribadi peserta didik.
b) Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
c) Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah yang akan ditempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran melalui metode dan teknik pembelajaran.
d) Mempertimbangkan dan menetapkan tolak ukur dan patokan ukuran untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan atau criteria dan ukuran baku keberhasilan.
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan sebagai metode pembelajaran tertentu.
3. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran
Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran diantaranya:
a) Ceramah
b) Demontrasi
c) Diskusi
d) Simulasi
e) Labolatorium
f) Pengalaman Lapangan
g) Debat
Metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik, misalnya penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relative, banyaknya membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif.
4. Teknik Pembelajaran
Teknik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual, misalkan terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya.


5. Taktik Pembelajaran
Dalam penyajiannya yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat Bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam teknik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekaligus seni.
6. Model Pembelanjaran
Pada dasarnya merupakan bentuk pembelanjaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau binhkai dari penerapan suatu pendekatan, metode dan teknik pembelajaran 4 kelompok model pembelajaran yaitu :
a) Model interaksi sosial
Pembelajaran yang berinteraksi langsung antara guru dan siswanya.
b) Model pengolahan informasi
Mengolah informasi yang akan di sampaikan kepada siswanya dan mengolah pelajaran yang akan disampaikan kepada siswanya, mana yang baik ataupun yang kurang baik bagi siswa.
c) Model Personal
Pembelajaran yang langsung kepada siswanya secara perorangan.

d) Model modifikasi tingkah laku
Setiap melakukan pembelajaran sebaiknya selalu mengganti suasa agar siswa tidak cepat bosan terhadap pelajaran yang akan diajarkan.
Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
2.2 Ciri-ciri Pengajaran Individual
Cirri-ciri pengajaran individual antara lain:
a. Kecerdasan
Siswa yang kurang tingkat kecerdasannya umumnya belajar lebih lamban khususnya anak retardasi mental, mereka memerlukan banyak latihan yang bermakna, dan membutuhkan lebih banyak waktu untuk belajar berikutnya.
b. Bakat
Bakat mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan seseorang, untuk mengetahui bakat siswa diperlukan tes bakat, misalnya pada waktu permulaan masuk sekolah.
c. Keadaan jasmani
Kondisi badan, gangguan penyakit, misalnya penglihatan kurang jelas dan lain-lain, akan mempengaruhi efisiensi dan kegairahan dalm belajar.
d. Penyesuaian sosial dan emosional
Penyeuaian sosial dan emosional adalah dua sifat yang erat kaitannya antara satu dengan yang lainnya, berbagai alternatif kondisi sosial dan emosional dapat terjadi di kalangan siswa.

e. Latar belakang keluarga
Keadaan keluarga mempunyai individu siswa, banyak faktor yang bersumber dari keluarga yang dapat menimbulkan perbedaan individual seperti kultur dalam keluarga.
f. Hasil belajar
Perbedaan hasil belajar dikalangan para siswa di sebabkan oleh berbagai alternatif. Faktor yang mempengaruhinya antara lain faktor kematangan.
g. Siswa yang cerdas dan lamban belajar
Ciri-ciri siswa yang cerdas yaitu mempunyai energy yang lebih besar, dorongan ingin tahunya lebih besar, sikap sosialnya lebih baik, aktif dan lain sebagainya.
Contoh pengajaran individual:
Pengajaran pada anak-anak kuliah yang harus belajar sendiri atau mandiri (individual).
2.3 Pengajaran Klasikal
Pengajaran klasikal adalah model pembelajaran yang biasa kita lihat sehari-hari. Pada model ini guru mengajar sejumlah siswa, biasanya antara 30-40 siswa di dalam sebuah ruangan. Dalam kondisi seperti ini, kondisi belajar siswa secara individual baik menyangkut kecepan belajar, kesulitan belajar dan minat belajar sukar untuk diperhatikan oleh guru. Pada umumnya cara guru dalam menentukan kecepatan menyajikan dan tingkat kesukaran materi pada informasi kemampuan siswa secara umum.
Guru tapaknya sangat mendominasi dalam menentukan semua kegiatan pembelajaran. Banyaknya materi yang akan diajarkan, urutan materi pelajaran, kecepatan guru mengajar dan lain-lain sepenuhnya ada ditangan guru. Metode pembelajaran klasikal konvensional biasanya menuntut disiplin yang tinggi dari para siswa, dan guru memiliki otoritas penuh di ruang kelas. Pelajaran klasikal cenderung digunakan oleh guru apabila dalam proses pelajarannya lebih banyak bentuk penyajian materi dari guru. Penyajian lebih menekankan untuk menjelaskan sesuatu materi yang belum diketahui atau dipahami siswa. Metode yang digunakan cenderung metode ceramah dan tanya jawab bervariasi.
Pembelajaran klasikal akan memberi kemudahan bagi guru dalam mengorganisasi materi pelajaran, karena dalam pelajaran klasikal secara umum materi pelajarannya akan seragam diserap oleh siswa. Pembelajaran klasikal dapat digunakan apabila materi pelajaran lebih bersifat informatif atau fakta. Proses pembelajaran klasikal dapat membentuk kemampuan siswa dalam menyimak atau mendengarkan, membentuk kemampuan dalam mendengarkan dan kemampuan dalam bertanya.
2.4 Model pengajaran klasikal
Pengembangan kecakapan hidup didasarkan atas pokok-pokok pemikiran bahwa hasil proses pembelajaran. Selain berupa penguasaan siswa terhadap kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembelajaran tertentu, juga berupa kecakapan lainnya yang secara implisit diperoleh melalui pengalaman belajar. hasil samping yang positif atau bermanfaat.
2.5 Tujuan Pengajaran Klasikal
Pengajaran klasikalmerupakan kemampuan belajar yang utama. Hal itu disebabkan oleh pengajaran klasikal merupakan kegiatan mengajar yang tergolong efisien. Secara ekonomis,pembiayaan kelas studi lebih murah, oleh karena itu ada jumlah minimum pembelajar atau siswa dalam kelas. Jumlah pembelajar atau siswa tiap kelas pada umumnya berkisar antara 10-45 orang. Dengan jumlah tersebut seorang pembelajar atau siswa masih dapat belajar secara klasikal berarti melaksanakan dua kegiatan sekaligus, yaitu pengelolaan pelajaran. Pengelolaan kelas adalah menciptakan kondisi yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan belajar.
Contoh pengajaran klasikal:
Terdapat pada sekolah tingkat SD,SMP, SMA sederajat yang di lakukan oleh guru dalam kehidupan sehari-hari.
2.6 Perbedaan Pengajaran Individual dan Klasikal
Bantuan dan bimbingan belajar kepada individual juga ditemukan pada pembelajaran klasikal, tetapi prinsipnya berbeda. Pada masing-masing pribadi, sedangkan pada pembelajaran klasika pembelajaran memberi bantuan individual secara umum. Prinsip-prinsip perbedaan pengajaran indivisual dan klasikal yaitu :
1) Perhatian dan motivasi, perhatian mempunyai peranan di dalam kegiatan belajar.
2) Keaktifan menurut psikologi anak adalah makhluk yang aktif
3) Keterlibatan langsung/ pengalaman belajar haruslah dilakukan sendiri oleh siswa, belajar adalah mengalami sendiri dan tidak bisa dilimpahkan pada orang lain.
4) Perbedaan individual siswa merupakan makhluk individual yang unik yang mana masing-masing mempunyai perbedaan yang khas.
Sebagai ilustrasi, bantuan pembelajaran kelas tiga kepada pembelajaran yang membaca dalam hati dan menulis karangan adalah pembelajaran individual, pada membaca dalam hati secara individual pembelajaran menemukan kesukaran sendiri-sendiri.
Kelebihan pengajaran individual dan klasikal:
- Guru dapat mengetahui atau dapat membedakan antara siswa yang satu dengan yang lainnya.
- Guru dapat mengetahui pelajaran yang belum dimengerti oleh siswanya
- Guru dapat membedakan antara yang pintar dan yang belum pintar pada saat memberikan nilai.
- Kelemahan pengajaran individual dan klasikal:
- Guru dapat mengontrol siswa-siswa dalam kegiatan belajar.
- Siswa biasanya malas belajar sendiri karena siswa tidak ada motivasi belajar pada belajar sendiri.
- Pada saat belajar siswa sibuk dengan kegiatannya masing-masing tidak mau melihat kepapan tulis atau mendengarkan guru yang sedang menerangkan.

Mengenai Saya

Foto saya
mahasiswi STKIP YPM bangko jurusan MIPA prodi matematika

Pengikut